Bismillaah..
Semoga dapat menambah motivasi dan inspirasi.
Pembaca yang budiman, ternyata Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam telah memberikan tips dalam menghafalkan Al Qur’an agar cepat hafal dan tidak mudah hilang dari ingatan. Simak hadits berikut ini..Dicatat oleh Ibnu Nashr dalam Qiyamul Lail (73),
حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الأَعْلَى ، أَخْبَرَنِي
أَنَسُ بْنُ عِيَاضٍ ، عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ ، عَنْ نَافِعٍ ، عَنِ
ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : ” إِذَا قَامَ صَاحِبُ الْقُرْآنِ فَقَرَأَهُ
بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ ذَكَرَهُ وَإِنْ لَمْ يَقُمْ بِهِ نَسِيَهُ “
“Yunus bin Abdil A’la menuturkan kepadaku, Anas bin ‘Iyadh
mengabarkan kepadaku, dari Musa bin ‘Uqbah, dari Nafi’ dari Ibnu Umar radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, beliau bersabda:‘Jika seseorang shahibul Qur’an membaca Al Qur’an di malam hari dan di siang hari ia akan mengingatnya. Jika ia tidak melakukan demikian, ia pasti akan melupakannya‘”
hadits ini dicatat juga imam Muslim dalam Shahih-nya (789), oleh Abu ‘Awwanah dalam Mustakhraj-nya (3052) dan Ibnu Mandah dalam Fawaid-nya (54)
Derajat hadits
Hadits ini shahih tanpa keraguan, semua perawinya tsiqah. Semuanya perawi Bukhari-Muslim kecuali Yunus bin bin Abdil A’la, namun ia adalah perawi Muslim.Faidah hadits
- Hafalan Al Qur’an perlu untuk dijaga secara konsisten setiap
harinya. Karena jika tidak demikian akan, hilang dan terlupa.
Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam,
إنما مَثَلُ صاحبِ القرآنِ كمثلِ الإبلِ المعَقَّلَةِ . إن عاهد عليها أمسكَها . وإن أطلقها ذهبَت“Permisalan Shahibul Qur’an itu seperti unta yang diikat. Jika ia diikat, maka ia akan menetap. Namun jika ikatannya dilepaskan, maka ia akan pergi” (HR. Muslim 789)
Imam Al ‘Iraqi menjelaskan: “Nabi mengibaratkan bahwa mempelajari Al Qur’an itu secara terus-menerus dan membacanya terus-menerus dengan ikatan yang mencegah unta kabur. Maka selama Al Qur’an masih diterus dilakukan, maka hafalannya akan terus ada”.
Beliau juga mengatakan: “dalam hadits ini ada dorongan untuk mengikat Al Qur’an dengan terus membacanya dan mempelajarinya serta ancaman dari melalaikannya hingga lupa serta dari lalai dengan tidak membacanya” (Tharhu At Tatsrib, 3/101-102) - Kalimat فَقَرَأَهُ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ ذَكَرَهُ (membaca Al Qur’an di malam hari dan mengingatnya di siang hari) menunjukkan bahwa membaca Qur’an dan muraja’ah (mengulang) hafalan Al Qur’an hendaknya dilakukan setiap hari
- Anjuran untuk terus mempelajari, membaca dan muraja’ah (mengulang) hafalan Al Qur’an secara konsisten, setiap hari, di seluruh waktu. Al Qurthubi menyatakan: “hal pertama yang mesti dilakukan oleh shahibul qur’an adalah mengikhlaskan niatnya dalam mempelajari Al Qur’an, yaitu hanya karena Allah ‘Azza wa Jalla semata, sebagaimana telah kami sebutkan. Dan hendaknya ia mencurahkan jiwanya untuk mempelajari Al Qur’an baik malam maupun siang hari, dalam shalat maupun di luar shalat, agar ia tidak lupa” (Tafsir Al Qurthubi, 1/20).
- Anjuran untuk lebih bersemangat membaca Al Qur’an di malam hari. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan (Qur’an) di waktu itu lebih kuat masuk hati” (QS. Al Muzammil)
- Anjuran untuk muraja’ah (mengulang) hafalan Al Qur’an di siang hari dan malam hari
- Hadits di atas tidak membatasi membaca Qur’an dan muraja’ah (mengulang) hafalan Al Qur’an hanya malam dan siang saja, namun sekedar irsyad (bimbingan) dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam agar senantiasa melakukannya. Hadits riwayat Muslim di atas menunjukkan bahwa semakin sering membaca dan muraja’ah itu semakin baik dan semakin mengikat hafalan Al Qur’an. Dan pemilihan waktunya disesuaikan apa yang mudah bagi masing-masing orang. Syaikh Shalih Al Maghamisi, seorang pakar ilmu Al Qur’an, ketika ditanya tentang hal ini beliau menjawab: “waktu menghafal yang utama itu tergantung keadaan masing-masing orang yang hendak menghafal. Adapun berdasarkan tajribat (pengalaman), waktu yang paling baik adalah setelah shalat shubuh” (Sumber: youtube)
- Hadits ini dalil bahwa shahibul qur’an, dengan segala
keutamaannya, yang dimaksud adalah orang yang menghafalkan Al Qur’an,
bukan sekedar membacanya. Al Imam Al Iraqi mengatakan: “yang zhahir,
yang dimaksud shahibul qur’an adalah orang yang menghafalkannya” (Tharhu At Tatsrib, 3/101). Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani menyatakan, “ketahuilah, makna dari shahibul Qur’an adalah orang yang menghafalkannya di hati. berdasarkan sabda nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
يؤم القوم أقرؤهم لكتاب الله“hendaknya yang mengimami sebuah kaum adalah yang paling aqra’ terhadap kitabullah”
maksudnya yang paling hafal. Maka derajat surga yang didapatkan seseorang itu tergantung pada banyak hafalan Al Qur’annya di dunia, bukan pada banyak bacaannya, sebagaimana disangka oleh sebagian orang. Maka di sini kita ketahui keutamaan yang besar bagi pada penghafal Al Qur’an. Namun dengan syarat ia menghafalkan Al Qur’an untuk mengharap wajah Allah tabaaraka wa ta’ala, bukan untuk tujuan dunia atau harta” (Silsilah Ash Shahihah, 5/281).
Penulis: Yulian Purnama
Artikel Muslimah.Or.Id
Adapun Tips Lainnya :
1.
Ikhlas sebagai kunci ilmu dan pemahaman.
Jadikan maksud dan tujuan kita dalam menghafal sebagai
bentuk taqarrub kepada Allah SWT. Hadirkan pada diri kita bahwa yang sedang
kita baca adalah Kalamullah Azza wa Jalla. Waspadalah, motivasi kita dalam
menghafal bukanlah untuk mendapatkan kedudukan di tengah-tengah masyarakat atau
untuk mendapatkan penghasilan dunia, upah, dan hadiah, melainkan karena Allah
SWT semata. Allah SWT tidak akan menerima amal kecuali amal itu dikerjakan secara
ikhlas untuk-Nya semata.
2.
Menjauhi kemaksiatan dan perbuatan dosa.
Hati yang diselimuti oleh kemaksiatan dan disibukan
dengan serbuan syahwat dunia tidak akan mendapatkan porsi cahaya Al-Qur’an.
Kemaksiatan akan menjadi penghalang dalam menghafal Al-Qur’an. Ibnu Mubarak
rahimahullah berkata : Aku melihat dosa-dosa itu akan mematikan hati Selalu
melakukan dosa akan mewariskan kehinaan Meninggalkan dosa merupakan hidupnya
hati Baik bagi dirimu bilamana meninggalkannya Dikisahkan, suatu hari Imam
Syafi’i rahimahullah yang memiliki kecepatan dalam menghafal mengadu kepada
gurunya, Waki’, karena mengalami kelambatan dalam menghafal. Waki’ lalu
memberikan obat mujarab, yaitu dengan nasihat agar dia meninggalkan perbuatan
maksiat dan mengosongkan hati dari setiap penghalang antara dia dan Tuhan. Imam
Syafi’I rahimahullah berkata: Aku mengadu kepada (guruku) Waki’ atas buruknya
hafalanku Maka diapun memberiku nasihat agar aku meninggalkan kemaksiatan Dia
memberitahuku bahwa ilmu itu adalah cahaya Dan cahaya Allah tidak akan
diberikan kepada orang yang selalu bermaksiat. Barangsiapa memiliki kesungguhan
untuk menjauhi kemaksiatan, maka Allah Azza wa Jalla akan membukakan hatinya
untuk mengingat-Nya, membimbingnya dalam mentadaburi ayat-ayat kitab-Nya, memberikan
kemudahan dalam menghafal dan mempelajarinya.
3.
Memanfaatkan masa kanak-kanak dan masa muda.
Anak kecil memiliki banyak waktu luang. Ahnaf bin Qais
meriwayatkan, dia pernah mendengar seseorang berkata: “Belajar waktu kecil
bagaikan mengukir di atas batu”. Maka Ahnaf pun berkomentar: “Orang dewasa itu
lebih pandai, akan tetapi hatinya lebih sibuk”. Namun demikian, orang yang masa
mudanya telah berlalu, jangan sampai merasa tidak memiliki kesempatan dan
merasa lemah dalam menghafal. Sebabnya, bila dia kosongkan hatinya dari segala
kesibukan dan kegundahan, maka dia akan mendapatkan kemudahan dalam menghafal
Al-Qur’an. Allah ta’ala berfirman : “Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan
Al-Quran untuk pelajaran. Maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Q.S.
Al-Qamar/54 :17) Ketika seseorang beranjak dewasa, penglihatannya akan melemah.
Tekadang dia tidak mampu membaca Al-Qur’an dari mushaf. Saat dewasa itulah dia
akan mendapatkan yang telah dihafalnya. Simpanan hafalan dalam dadanya itu akan
dibaca dan dinikmat dalam tahajudnya. Jika dia tidak mengingat sedikit pun yang
telah dihafalnya, maka betapa besar penyesalannya.
4. Memanfaatkan waktu giat dan senggang.
Tidak layak menghafal waktu lelah dan membosankan,
atau ketika pikiran sibuk dalam suatu perkara, karena semua itu akan
menghalangi konsentrasi dalam menghafal. Pilihlah waktu giat dan keadaan
pikiran sedang tenang. Alangkah baik menghafal dilakukan setelah Shalat Fajar
(Subuh) karena lebih banyak manfaatnya, terlebih bagi orang yang tidur malam lebih
awal. Menggunakan waktu-waktu giat sangat penting. Kita harus mengetahui kapan
diri kita bangkit untuk bekerja dan kapan beristirahat. Bila datang
kesempatanmu, maka pergunakanlah ia sebaik-baiknya Karena akhir setiap yang
bergerak adalah ketenangan Jangan kamu lalai melakukan kebaikan saat ada
kesempatan Karena kamu tidak tahu kapan ketenangan (kesempatan) itu akan
kembali Di antara keindahan lantunan bait syair Imam Syafi’i agar kita
menggunakan kesempatan untuk bergegas melakukan ketaatan adalah : Bila
orang-orang mulai terlelap tidur, aku pun menangis Dan aku lantukan di antara
bait syair yang terindah Bukankah kerugian itu adalah malam-malam yang berlalu
Berlalu tanpa dilalui menuntut ilmu dan akan dihisab umurku?
5.
Memilih tempat yang tepat.
Jauhi tempat-tempat bising dan keramaian agar kita
dapat berkonsentrasi. Sebaik-baik tempat untuk menghafal Al-Qur’anul Karim
adalah rumah-rumah Allah (masjid) agar mendapatkan pahala berlipat ganda.
6. Motivasi diri dan tekad yang benar.
Keinginan yang kuat dan benar akan memberikan pengaruh
yang besar dalam menguatkan, memudahkan, dan berkonsntrasi dalam menghafal.
Orang yang menghafal di bawah pengaruh tekanan kedua orangtuanya atau gurunya,
tanpa timbul motivasi dari dalam dirinya, maka hal itu tidak akan berlangsung
lama dan pasti akan mengalami masa futur (lemah semangat) yang berat. Motivasi
diri dan tekad yang benar akan bertambah dengan adanya penyemangat yang
berkesinambungan, penjelasan tentang ganjaran dan kedudukan yang mulia bagi
para penghafal Al-Qur’anul Karim dan majelis Al-Qur’an, serta adanya pengobaran
semangat berlomba dalam halaqah Qur’an, rumah, atau sekolah. Tekad yang benar
dengan sendirinya akan menghilangkan bisikan-bisikan setan. Nafsu ammarah (jiwa
penyuruh keburukan) pun akan sirna. Imam Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah
berkata: “Barangsiapa memiliki tekad yang benar, maka setan akan berputus asa
darinya, dan bila mana seorang hamba tidak teguh pendiriannya, maka setan akan
selalu mengganggunya dan menjanjikan angan-angan yang terlalu jauh”. Imam Ibnu
Al-Jauzi rahimahullah bercerita tentang dirinya: “Aku pernah merasakan manisnya
dalam menuntut ilmu, aku pun menjumpai berbagai ujian yang menurutku lebih
manis dari pada madu dikarenakan aku menginginkan yang aku harapkan”.
7.
Memfungsikan semua indera.
Kemampuan satu orang dengan lainnya pasti berbeda,
apalagi dalam menghafal Al-Quran. Namun, menggunakan semua pancaindera secara
optimal akan memberikan kemudahan untuk menyimpan hafalan secara baik dalam
ingatan. Dalam proses menghafal Al-Quran ini, hendaknya kita dapat menfungsikan
indera penglihatan, pendengaran, dan ucapan. Setiap indera kita memiliki jalan
yang akan menyampaikannya kepada otak. Apabila cara yang dilakukan beraneka
ragam, maka akan menghasilkan hafalan yang kuat dan mantap. Kita bisa
memulainya dengan membaca ayat yang akan kita hafal secara jahriyah (bersuara).
Kita harus melihat dengan teliti halaman yang kita baca, serta
mengulang-ngulannya, sampai halaman mushaf terekam dalam ingatan. Hendaknya
pendengaran kita gunakan dalam membaca sehingga terasa nyaman, khususnya bila
kita membacanya dengan lagu yang indah. Hindari cara-cara menghafal yang
keliru, misalnya melihat mushaf dengan tidak bersuara, mendengarkan kaset
Al-Qur’an tanpa melihat mushaf, atau merasa cukup dengan suara bacaan yang
pelan.
8.
Menggunakan satu cetakan mushaf.
Pilihlah cetakan Mushaf Huffazh, yaitu mushaf yang
tiap awal halamannya diawali ayat baru dan di halaman itu pula berakhir ayat
sesudahnya. Ini akan memberikan pengaruh cukup besar kepada kita dalam
memberikan gambaran bentuk dan letak halaman dalam ingatan. Juga kita akan
kembali terfokus ketika melakukan murajaah (mengulang hafalan). Bila cetakan
mushaf yang digunakan berubah-ubah, maka akan memberikan gambaran yang berbeda
di dalam ingatan. Kita tidak akan dapat konsentrasi sehingga membuyarkan
hafalan yang ada. Jangan lupa untuk menggunakan mushaf saku atau mushaf yang
dicetak per juz yang selaras dengan cetakan mushaf yang digunakan selama ini.
Jadikan mushaf saku itu selalu bersama kita, di mana pun kita berada. Dengan
mushaf tersebut kita dapat segera memanfaatkan waktu yang ada untuk hafalan
baru atau mengulang hafalan yang ada.
9. Bacaan yang baik dan benar.
Sebelum mulai menghafal, kita harus membenahi bacaan
terlebih dulu dengan merujuk kepada salah seorang guru yang memiliki bacaan
yang baik dan benar. Bisa juga dengan mendengarkan potongan surat/ayat yang
akan kita hafal, dengan suara salah seorang qari dari dari MP3 atau sejenisnya.
Bacaan yang baik dan benar itu diperlukan agar kita tidak jatuh kepada
kesalahan dalam menghafal. Jika dalam proses menghafal kita salah membaca, maka
kita akan mendapatkan kesulitan dalam memperbaikinya setelah melekat dalam
ingatan. Imam Munada rahimahullah berkata: “Ketahuilah bahwa menghafal itu ada beberapa
cara, di antaranya adalah seseorang dapat membaca di hadapan orang yang lebih
baik hafalannya, karena orang yang baik hafalannya lebih peka terhadap
kesalahan orang yang membaca di hadapannya dibandingkan si pembaca tersebut
terhadap kesalahannya sendiri saat membaca hafalan”. Dengan demikian, kita
harus berusaha untuk ikut talaqqi Al-Qur’an secara musyafahah (berhadapan
langsung) dengan para penghafal Al-Qur’an atau para syaikh yang baik bacaannya,
agar nantinya kita akan terhindar dari kesalahan dalam membaca. Guru-guru
Al-Quran tentu akan sangat memperhatikan perbaikan bacaan ayat-ayat yang akan
dihafal oleh para muridnya. Mereka juga akan selalu membimbing muridnya untuk
memperbaiki kata-kata yang sering salah baca, yaitu dengan menugasi mereka agar
mengulang hafalannya di hadapan kawan-kawan untuk menghindari berbagai kesalahan
pada saat menghafal.
10. Hafalan yang saling berikatan.
Jangan lupa, hafalan kita harus saling berikatan.
Setiap kali kita menghafal satu ayat dengan baik, hendaknya kita mengulanginya
dengan kembali membaca ayat sebelumnya yang telah kita hafal, setelah itu
barulah pindah ke ayat-ayat berikutnya. Usahakan, setelah kita menyelesaikan
hafalan surat tertentu, jangan dulu tidak beranjak ke surat lainnya, sebelum
kita yakin bahwa ayat-ayat yang telah kita hafalkan sudah benar-benar melekat
di memori kita.
11. Memahami makna ayat yang dihafal.
Di antara hal yang dapat membantu mengikat ayat-ayat
yang dihafal dan memudahkan dalam proses menghafal adalah sesekali merujuk
kepada beberapa kitab tafsir yang disusun secara ringkas. Hal itu agar kita
dapat memahami ayat-ayat tersebut, walaupun secara global. Tentunya, hal itu
hanya bisa dilakukan oleh mereka yang sudah menguasai bahasa Arab dengan baik.
Tapi bagi mereka yang belum menguasainya, bisa juga menggunakan Mushaf
terjemahan. Pemahaman makna ayat/surat akan banyak membantu kita dalam
menghafal.
12. Hafalan yang baik: jangan tergesa-gesa.
Ketika kita ingin memulai menghafal Al-Quran, usahakan
jangan tergesa-gesa ingin cepat hafal ayat atau surat yang baru satu atau dua
kali kita baca. Hafalan yang baik akan didapatkan dengan cara membaca berulang
kali ayat-ayat yang akan kita hafal. Paling tidak, kita dapat membacanya
minimal tujuh kali. Setelah kita merasakan ayat-ayat yang baru saja kita baca
tadi telah melekat di dalam memori kita, barulah kita boleh pindah ke ayat
berikutnya. Banyak santri atau orang yang sedang menghafal Al-Quran, setelah
membaca dua sampai tiga kali ayat yang akan dihafalnya, merasa sudah hafal.
Setelah itu, ia pun mencoba pindah ke ayat berikutnya karena ingin segera
menghafal ayat lain. Mungkin, hal itu terjadi karena adanya persaingan, para
santri pun berlomba, atau sang guru membebaninya dengan hafalan dan
target-target yang memberatkan. Hal demikian sebenarnya tidak dapat dibenarkan
dalam proses menghafal Al-Quran yang baik. Cara menghafal demikian tidak akan
membuahkan hasil yang memuaskan. Menghafal sedikit-sedikit lebih baik daripada
banyak tetapi terputus. Menghafal dengan tergesa-gesa akan mengakibatkan cepat
lupa. Terkadang yang menjadi penyebab fenomena tersebut adalah merasa puas
dengan dirinya dan terperdaya akan hal itu –merasa cukup dengan membaca
beberapa kali ayat/surat yang akan dihafal.
13. Memiliki bacaan yang berkesinambungan.
Hendaknya kita segera membaca Al-Qur’an ketika
kesempatan itu datang. Sering membaca Al-Qur’an akan mempermudah dan melekatkan
hafalan dalam memori kita. Bacaan yang banyak itu termasuk di antara metode
paling mendasar dalam mengulang-ngulang hafalan. Ayat/surat yang banyak kita
baca dan perdengarkan kepada orang lain, akan dapat membantu kita dalam
menghafal dan kita tidak perlu lagi bersusah-payah menghafalnya. Saat
menghafal, ketika kita sampai pada ayat-ayat yang sering dibaca itu, maka kita
akan melaluinya dengan mudah. Kita ambil contoh, Surat yasin, Al-Waqi’ah,
Al-Mulk, dan ayat-ayat terakhir dalam surat Al-Furqan, terlebih lagi
surat-surat terdapat dalam Juz ‘Amma dan ayat-ayat terakhir dalam surat
Al-Baqarah yang sering dibaca banyak orang, akan lebih mudah kita hafal karena
kita sering membaca dan mendengarnya dari orang lain. Dari sini akan terlihat
perbedaan yang amat mencolok antara orang yang memiliki wirid Al-Quran (tilawah
harian) dengan yang tidak memilikinya. Bila kita terbiasa membaca Al-Qur’an
setiap hari, secara berkesinambungan dan dengan target tertentu, kita akan
dapat menghafal Al-Quran dengan mudah. Kita akan sering dapati, ayat/surat yang
akan kita hafal seakan-akan sudah pernah kita dihafal. Kita akan sulit
menghafal jika kita jarang atau sedikit membaca Al-Quran dan tidak memiliki
target tertentu setiap harinya. Jangan lupa, membaca Al-Qur’an itu ibadah dan
bentuk taqarrub kepada Allah SWT. Setiap ayat yang kita baca bernilai satu
pahala yang dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat.
14. Kuatkan hafalan dalam shalat.
Banyak membaca surat-surat yang pernah kita hafal akan
dapat menguatkan dan melekatkan hafalan dalam memori, khususnya dalam shalat.
Oleh karenanya, hendaknya kita selalu bersungguh-sunguh mengulang-ngulang
hafalan dengan membacanya di dalam shalat. Kita dapat melakukan hal itu dalam
shalat tahujud beberapa rakaat. Rasulullah SAW sebagai qudwah, pemberi petunjuk
dan pemberi kabar gembira, telah mengajarkan cara demikian. Cara itu juga
pernah dilalui oleh orang-orang shalih sehingga hafalan Al-Qur’an mereka kuat,
tidak mudah lupa. Rasulullah SAW bersabda : “Dan apabila seorang penghafal
Al-Qur’an mendirikan shalat kemudian dia membacanya siang dan malam hari; maka
dia akan selalu mengingatnya, dan apabila dia tidak melakukannya maka dia akan
melupakannya“ (H.R. Muslim).
15. Menghafal sendiri sedikit manfaatnya.
Barangkali ada kebiasaan buruk pada diri kita, yaitu
suka menunda pekerjaan; mengatakan “nanti” setiap kali terlintas pada diri kita
untuk segera menghafal. Saat kesibukan menghadang, kita pun menundanya. Lebih
buruk lagi, tekad kita akan cepat melemah. Karenanya, hindari menghafal
sendirian. Menghafallah bersama-sama seorang kawan. Dengan begitu, kita pun
akan dapat membuat perencanaan dan satu sama lain akan saling membantu, saling
berlomba satu sama lain, juga saling mengingatkan bila terjadi kesalahan dalam
membaca dan menghafal. Betapa banyak peserta halaqah tahfizh Al-Quran di
masjid, mushalla, di rumah, dan sebagainya telah menghafal beberapa juz. Karena
kesibukannya, mereka tidak dapat menghadiri halaqah-halaqah tersebut. Mereka
pun mengira mampu menghafal secara individu dan tidak butuh lagi hadir dalam
halaqah. Celakanya, semangat mereka terlihat melemah dan akhirnya berhenti
menghafal. Yang lebih parah lagi, terkadang mereka disibukkan oleh urusan dan
pekerjaan yang membuat mereka meninggalkan murajaah hafalan yang lalu mereka
hafal. Demikianlah, hari demi hari berlalu dan mereka lupa semua yang mereka
pernah hafalkan. Mereka menyia-nyiakan semua yang pernah mereka raih. Menghafal
sendiri, tanpa bimbingan seorang guru, juga akan dihadapkan pada kesalahan saat
mengucapkan ayat-ayat Al-Qur’an. Memang, tanpa disadari, kesalahan itu akan
terus berlangsung dalam tempo yang lama. Namun, ketika dia memperdengarkan
hafalannya di hadapan peserta lainnya atau di hadapan gurunya, maka kesalahan
tersebut akan nampak jelas. Oleh karena itu, kita dapat memilih dan mengajak
beberapa teman, peserta halaqat tahfizh, atau saudara yang kita cintai karena
Allah SWT, untuk sama-sama menghafal Al-Qur’an. Kita bisa saling mengoreksi dan
melakukan murajaah hafalan.
16. Teliti dalam membaca ayat-ayat yang mirip.
Penting sekali memperhatikan ayat-ayat yang mirip pada
beberapa lafazh dan membadingkan letak kemiripannya. Bagus sekali, jika sedang
menghafal, kita menuliskan ayat-ayat yang mirip, dengan harapan agar kita dapat
menghadirkan letak ayat yang mirip saat murajaah. Kalau kita amati, sebagian
peserta halaqat tahfizh tidak memperhatikan letak ayat-ayat yang mirip. Mereka
pun mengalami kesalahan saat tasmi’ (memperdengarkan) hafalan. Kemiripan satu
ayat dengan ayat lainnya akan dapat mengganggu konsentrasi. Tanpa kita sadari,
bisa jadi mereka akan berpindah ke surat berikutnya. Terkadang saat tasmi’ kita
akan “nyasar” dan berpindah ke surat atau ayat lainnya karena ada beberapa ayat
yang mirip. Oleh karena itu, kita harus lebih fokus pada ayat-ayat yang mirip,
mengamatinya, dan ada perhatian lebih terhadapnya. Perhatikan ungkapan salah
seorang ulama: “Sesungguhnya mengenal letak ayat yang mirip akan memberikan
kemudahan dalam menguatkan hafalan seorang penghafal dan melatih peserta
halaqat tahfizh. Ada satu kelompok Qurra (para qari’/ahli qiraat) yang menulis
jenis ini dan mereka menjulukinya dengan sebutan Al-Mutasyabih sebagai jawaban
dari buruknya hafalan”.
17. ISTIQAMAH
Tips yang terakhir ini tidak kalah pentingnya,
seseorang akan berhasil manakala dirinya mampu istiqamah in syaa Allah.
Mudah-mudahan,
tips menghafal al-Quran di atas dapat membantu kita dalam menghafal Kalamullah.
Aamiiin. Allahu a’lam bish-shawab.
Sumber :
http://darulmunir.blogspot.com/2013/04/tips-menghafal-al-quran.html
fazh dan membadingkan
letak kemiripannya. Bagus sekali, jika sedang menghafal, kita menuliskan
ayat-ayat yang mirip, dengan harapan agar kita dapat menghadirkan letak
ayat yang mirip saat murajaah.
Kalau kita amati, sebagian peserta halaqat tahfizh tidak memperhatikan
letak ayat-ayat yang mirip. Mereka pun mengalami kesalahan saat tasmi’
(memperdengarkan) hafalan. Kemiripan satu ayat dengan ayat lainnya akan
dapat mengganggu konsentrasi.
Tanpa kita sadari, bisa jadi mereka akan berpindah ke surat berikutnya.
Terkadang saat tasmi’ kita akan “nyasar” dan berpindah ke surat atau
ayat lainnya karena ada beberapa ayat yang mirip. Oleh karena itu, kita
harus lebih fokus pada ayat-ayat yang mirip, mengamatinya, dan ada
perhatian lebih terhadapnya. Perhatikan ungkapan salah seorang ulama:
“Sesungguhnya mengenal letak ayat yang mirip akan memberikan kemudahan
dalam menguatkan hafalan seorang penghafal dan melatih peserta halaqat
tahfizh. Ada satu kelompok Qurra (para qari’/ahli qiraat) yang menulis
jenis ini dan mereka menjulukinya dengan sebutan Al-Mutasyabih sebag
Copy and WIN : hhttp://bit.ly/copynwin
Copy and WIN : hhttp://bit.ly/copynwin
fazh dan membadingkan
letak kemiripannya. Bagus sekali, jika sedang menghafal, kita menuliskan
ayat-ayat yang mirip, dengan harapan agar kita dapat menghadirkan letak
ayat yang mirip saat murajaah.
Kalau kita amati, sebagian peserta halaqat tahfizh tidak memperhatikan
letak ayat-ayat yang mirip. Mereka pun mengalami kesalahan saat tasmi’
(memperdengarkan) hafalan. Kemiripan satu ayat dengan ayat lainnya akan
dapat mengganggu konsentrasi.
Tanpa kita sadari, bisa jadi mereka akan berpindah ke surat berikutnya.
Terkadang saat tasmi’ kita akan “nyasar” dan berpindah ke surat atau
ayat lainnya karena ada beberapa ayat yang mirip. Oleh karena itu, kita
harus lebih fokus pada ayat-ayat yang mirip, mengamatinya, dan ada
perhatian lebih terhadapnya. Perhatikan ungkapan salah seorang ulama:
“Sesungguhnya mengenal letak ayat yang mirip akan memberikan kemudahan
dalam menguatkan hafalan seorang penghafal dan melatih peserta halaqat
tahfizh. Ada satu kelompok Qurra (para qari’/ahli qiraat) yang menulis
jenis ini dan mereka menjulukinya dengan sebutan Al-Mutasyabih sebag
Copy and WIN : hhttp://bit.ly/copynwi
Copy and WIN : hhttp://bit.ly/copynwi
1. Ikhlas sebagai
kunci ilmu dan pemahaman.
Jadikan maksud dan tujuan kita dalam menghafal sebagai bentuk taqarrub
kepada Allah SWT. Hadirkan pada diri kita bahwa yang sedang kita baca
adalah Kalamullah Azza wa Jalla. Waspadalah, motivasi kita dalam
menghafal bukanlah untuk mendapatkan kedudukan di tengah-tengah
masyarakat atau untuk mendapatkan penghasilan dunia, upah, dan hadiah,
melainkan karena Allah SWT semata. Allah SWT tidak akan menerima amal
kecuali amal itu dikerjakan secara ikhlas untuk-Nya semata.
2. Menjauhi kemaksiatan dan perbuatan dosa.
Hati yang diselimuti oleh kemaksiatan dan disibukan dengan serbuan
syahwat dunia tidak akan mendapatkan porsi cahaya Al-Qur’an. Kemaksiatan
akan menjadi penghalang dalam menghafal Al-Qur’an. Ibnu Mubarak
rahimahullah berkata :
Aku melihat dosa-dosa itu akan mematikan hati
Selalu melakukan dosa akan mewariskan kehinaan
Meninggalkan dosa merupakan hidupnya hati
Baik bagi dirimu bilamana meninggalkannya
Dikisahkan, suatu hari Imam Syafi’i rahimahullah yang memiliki kecepatan
dalam menghafal mengadu kepada gurunya, Waki’, karena mengalami
kelambatan dalam menghafal. Waki’ lalu memberikan obat mujarab, yaitu
dengan nasihat agar dia meninggalkan perbuatan maksiat dan mengosongkan
hati dari setiap penghalang antara dia dan Tuhan. Imam Syafi’I
rahimahullah berkata:
Aku mengadu kepada (guruku) Waki’ atas buruknya hafalanku
Maka diapun memberiku nasihat agar aku meninggalkan kemaksiatan
Dia memberitahuku bahwa ilmu itu adalah cahaya
Dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang selalu
bermaksiat.
Barangsiapa memiliki kesungguhan untuk menjauhi kemaksiatan, maka Allah
Azza wa Jalla akan membukakan hatinya untuk mengingat-Nya, membimbingnya
dalam mentadaburi ayat-ayat kitab-Nya, memberikan kemudahan dalam
menghafal dan mempelajarinya.
3. Memanfaatkan masa kanak-kanak dan masa muda.
Anak kecil memiliki banyak waktu luang. Ahnaf bin Qais meriwayatkan, dia
pernah mendengar seseorang berkata:
“Belajar waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu”.
Maka Ahnaf pun berkomentar:
“Orang dewasa itu lebih pandai, akan tetapi hatinya lebih sibuk”.
Namun demikian, orang yang masa mudanya telah berlalu, jangan sampai
merasa tidak memiliki kesempatan dan merasa lemah dalam menghafal.
Sebabnya, bila dia kosongkan hatinya dari segala kesibukan dan
kegundahan, maka dia akan mendapatkan kemudahan dalam menghafal
Al-Qur’an. Allah ta’ala berfirman :
“Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran. Maka
adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Q.S. Al-Qamar/54 :17)
Ketika seseorang beranjak dewasa, penglihatannya akan melemah. Tekadang
dia tidak mampu membaca Al-Qur’an dari mushaf. Saat dewasa itulah dia
akan mendapatkan yang telah dihafalnya. Simpanan hafalan dalam dadanya
itu akan dibaca dan dinikmat dalam tahajudnya. Jika dia tidak mengingat
sedikit pun yang telah dihafalnya, maka betapa besar penyesalannya.
4. Memanfaatkan waktu giat dan senggang.
Tidak layak menghafal waktu lelah dan membosankan, atau ketika pikiran
sibuk dalam suatu perkara, karena semua itu akan menghalangi konsentrasi
dalam menghafal. Pilihlah waktu giat dan keadaan pikiran sedang tenang.
Alangkah baik menghafal dilakukan setelah Shalat Fajar (Subuh) karena
lebih banyak manfaatnya, terlebih bagi orang yang tidur malam lebih
awal.
Menggunakan waktu-waktu giat sangat penting. Kita harus mengetahui kapan
diri kita bangkit untuk bekerja dan kapan beristirahat.
Bila datang kesempatanmu, maka pergunakanlah ia sebaik-baiknya
Karena akhir setiap yang bergerak adalah ketenangan
Jangan kamu lalai melakukan kebaikan saat ada kesempatan
Karena kamu tidak tahu kapan ketenangan (kesempatan) itu akan kembali
Di antara keindahan lantunan bait syair Imam Syafi’i agar kita
menggunakan kesempatan untuk bergegas melakukan ketaatan adalah :
Bila orang-orang mulai terlelap tidur, aku pun menangis
Dan aku lantukan di antara bait syair yang terindah
Bukankah kerugian itu adalah malam-malam yang berlalu
Berlalu tanpa dilalui menuntut ilmu dan akan dihisab umurku?
5. Memilih tempat yang tepat.
Jauhi tempat-tempat bising dan keramaian agar kita dapat berkonsentrasi.
Sebaik-baik tempat untuk menghafal Al-Qur’anul Karim adalah rumah-rumah
Allah (masjid) agar mendapatkan pahala berlipat ganda.
6. Motivasi diri dan tekad yang benar.
Keinginan yang kuat dan benar akan memberikan pengaruh yang besar dalam
menguatkan, memudahkan, dan berkonsntrasi dalam menghafal. Orang yang
menghafal di bawah pengaruh tekanan kedua orangtuanya atau gurunya,
tanpa timbul motivasi dari dalam dirinya, maka hal itu tidak akan
berlangsung lama dan pasti akan mengalami masa futur (lemah semangat)
yang berat.
Motivasi diri dan tekad yang benar akan bertambah dengan adanya
penyemangat yang berkesinambungan, penjelasan tentang ganjaran dan
kedudukan yang mulia bagi para penghafal Al-Qur’anul Karim dan majelis
Al-Qur’an, serta adanya pengobaran semangat berlomba dalam halaqah
Qur’an, rumah, atau sekolah.
Tekad yang benar dengan sendirinya akan menghilangkan bisikan-bisikan
setan. Nafsu ammarah (jiwa penyuruh keburukan) pun akan sirna. Imam Ibnu
Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata:
“Barangsiapa memiliki tekad yang benar, maka setan akan berputus asa
darinya, dan bila mana seorang hamba tidak teguh pendiriannya, maka
setan akan selalu mengganggunya dan menjanjikan angan-angan yang terlalu
jauh”.
Imam Ibnu Al-Jauzi rahimahullah bercerita tentang dirinya:
“Aku pernah merasakan manisnya dalam menuntut ilmu, aku pun menjumpai
berbagai ujian yang menurutku lebih manis dari pada madu dikarenakan aku
menginginkan yang aku harapkan”.
7. Memfungsikan semua indera.
Kemampuan satu orang dengan lainnya pasti berbeda, apalagi dalam
menghafal Al-Quran. Namun, menggunakan semua pancaindera secara optimal
akan memberikan kemudahan untuk menyimpan hafalan secara baik dalam
ingatan.
Dalam proses menghafal Al-Quran ini, hendaknya kita dapat menfungsikan
indera penglihatan, pendengaran, dan ucapan. Setiap indera kita memiliki
jalan yang akan menyampaikannya kepada otak. Apabila cara yang
dilakukan beraneka ragam, maka akan menghasilkan hafalan yang kuat dan
mantap.
Kita bisa memulainya dengan membaca ayat yang akan kita hafal secara
jahriyah (bersuara). Kita harus melihat dengan teliti halaman yang kita
baca, serta mengulang-ngulannya, sampai halaman mushaf terekam dalam
ingatan.
Hendaknya pendengaran kita gunakan dalam membaca sehingga terasa nyaman,
khususnya bila kita membacanya dengan lagu yang indah.
Hindari cara-cara menghafal yang keliru, misalnya melihat mushaf dengan
tidak bersuara, mendengarkan kaset Al-Qur’an tanpa melihat mushaf, atau
merasa cukup dengan suara bacaan yang pelan.
8. Menggunakan satu cetakan mushaf.
Pilihlah cetakan Mushaf Huffazh, yaitu mushaf yang tiap awal halamannya
diawali ayat baru dan di halaman itu pula berakhir ayat sesudahnya. Ini
akan memberikan pengaruh cukup besar kepada kita dalam memberikan
gambaran bentuk dan letak halaman dalam ingatan. Juga kita akan kembali
terfokus ketika melakukan murajaah (mengulang hafalan).
Bila cetakan mushaf yang digunakan berubah-ubah, maka akan memberikan
gambaran yang berbeda di dalam ingatan. Kita tidak akan dapat
konsentrasi sehingga membuyarkan hafalan yang ada.
Jangan lupa untuk menggunakan mushaf saku atau mushaf yang dicetak per
juz yang selaras dengan cetakan mushaf yang digunakan selama ini.
Jadikan mushaf saku itu selalu bersama kita, di mana pun kita berada.
Dengan mushaf tersebut kita dapat segera memanfaatkan waktu yang ada
untuk hafalan baru atau mengulang hafalan yang ada.
9. Bacaan yang baik dan benar.
Sebelum mulai menghafal, kita harus membenahi bacaan terlebih dulu
dengan merujuk kepada salah seorang guru yang memiliki bacaan yang baik
dan benar. Bisa juga dengan mendengarkan potongan surat/ayat yang akan
kita hafal, dengan suara salah seorang qari dari dari MP3 atau
sejenisnya.
Bacaan yang baik dan benar itu diperlukan agar kita tidak jatuh kepada
kesalahan dalam menghafal. Jika dalam proses menghafal kita salah
membaca, maka kita akan mendapatkan kesulitan dalam memperbaikinya
setelah melekat dalam ingatan. Imam Munada rahimahullah berkata:
“Ketahuilah bahwa menghafal itu ada beberapa cara, di antaranya adalah
seseorang dapat membaca di hadapan orang yang lebih baik hafalannya,
karena orang yang baik hafalannya lebih peka terhadap kesalahan orang
yang membaca di hadapannya dibandingkan si pembaca tersebut terhadap
kesalahannya sendiri saat membaca hafalan”.
Dengan demikian, kita harus berusaha untuk ikut talaqqi Al-Qur’an secara
musyafahah (berhadapan langsung) dengan para penghafal Al-Qur’an atau
para syaikh yang baik bacaannya, agar nantinya kita akan terhindar dari
kesalahan dalam membaca.
Guru-guru Al-Quran tentu akan sangat memperhatikan perbaikan bacaan
ayat-ayat yang akan dihafal oleh para muridnya. Mereka juga akan selalu
membimbing muridnya untuk memperbaiki kata-kata yang sering salah baca,
yaitu dengan menugasi mereka agar mengulang hafalannya di hadapan
kawan-kawan untuk menghindari berbagai kesalahan pada saat menghafal.
10. Hafalan yang saling berikatan.
Jangan lupa, hafalan kita harus saling berikatan. Setiap kali kita
menghafal satu ayat dengan baik, hendaknya kita mengulanginya dengan
kembali membaca ayat sebelumnya yang telah kita hafal, setelah itu
barulah pindah ke ayat-ayat berikutnya.
Usahakan, setelah kita menyelesaikan hafalan surat tertentu, jangan dulu
tidak beranjak ke surat lainnya, sebelum kita yakin bahwa ayat-ayat
yang telah kita hafalkan sudah benar-benar melekat di memori kita.
11. Memahami makna ayat yang dihafal.
Di antara hal yang dapat membantu mengikat ayat-ayat yang dihafal dan
memudahkan dalam proses menghafal adalah sesekali merujuk kepada
beberapa kitab tafsir yang disusun secara ringkas. Hal itu agar kita
dapat memahami ayat-ayat tersebut, walaupun secara global.
Tentunya, hal itu hanya bisa dilakukan oleh mereka yang sudah menguasai
bahasa Arab dengan baik. Tapi bagi mereka yang belum menguasainya, bisa
juga menggunakan Mushaf terjemahan. Pemahaman makna ayat/surat akan
banyak membantu kita dalam menghafal.
Copy and WIN : hhttp://bit.ly/copynwin
Copy and WIN : hhttp://bit.ly/copynwin
1. Ikhlas sebagai
kunci ilmu dan pemahaman.
Jadikan maksud dan tujuan kita dalam menghafal sebagai bentuk taqarrub
kepada Allah SWT. Hadirkan pada diri kita bahwa yang sedang kita baca
adalah Kalamullah Azza wa Jalla. Waspadalah, motivasi kita dalam
menghafal bukanlah untuk mendapatkan kedudukan di tengah-tengah
masyarakat atau untuk mendapatkan penghasilan dunia, upah, dan hadiah,
melainkan karena Allah SWT semata. Allah SWT tidak akan menerima amal
kecuali amal itu dikerjakan secara ikhlas untuk-Nya semata.
2. Menjauhi kemaksiatan dan perbuatan dosa.
Hati yang diselimuti oleh kemaksiatan dan disibukan dengan serbuan
syahwat dunia tidak akan mendapatkan porsi cahaya Al-Qur’an. Kemaksiatan
akan menjadi penghalang dalam menghafal Al-Qur’an. Ibnu Mubarak
rahimahullah berkata :
Aku melihat dosa-dosa itu akan mematikan hati
Selalu melakukan dosa akan mewariskan kehinaan
Meninggalkan dosa merupakan hidupnya hati
Baik bagi dirimu bilamana meninggalkannya
Dikisahkan, suatu hari Imam Syafi’i rahimahullah yang memiliki kecepatan
dalam menghafal mengadu kepada gurunya, Waki’, karena mengalami
kelambatan dalam menghafal. Waki’ lalu memberikan obat mujarab, yaitu
dengan nasihat agar dia meninggalkan perbuatan maksiat dan mengosongkan
hati dari setiap penghalang antara dia dan Tuhan. Imam Syafi’I
rahimahullah berkata:
Aku mengadu kepada (guruku) Waki’ atas buruknya hafalanku
Maka diapun memberiku nasihat agar aku meninggalkan kemaksiatan
Dia memberitahuku bahwa ilmu itu adalah cahaya
Dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang selalu
bermaksiat.
Barangsiapa memiliki kesungguhan untuk menjauhi kemaksiatan, maka Allah
Azza wa Jalla akan membukakan hatinya untuk mengingat-Nya, membimbingnya
dalam mentadaburi ayat-ayat kitab-Nya, memberikan kemudahan dalam
menghafal dan mempelajarinya.
3. Memanfaatkan masa kanak-kanak dan masa muda.
Anak kecil memiliki banyak waktu luang. Ahnaf bin Qais meriwayatkan, dia
pernah mendengar seseorang berkata:
“Belajar waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu”.
Maka Ahnaf pun berkomentar:
“Orang dewasa itu lebih pandai, akan tetapi hatinya lebih sibuk”.
Namun demikian, orang yang masa mudanya telah berlalu, jangan sampai
merasa tidak memiliki kesempatan dan merasa lemah dalam menghafal.
Sebabnya, bila dia kosongkan hatinya dari segala kesibukan dan
kegundahan, maka dia akan mendapatkan kemudahan dalam menghafal
Al-Qur’an. Allah ta’ala berfirman :
“Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran. Maka
adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Q.S. Al-Qamar/54 :17)
Ketika seseorang beranjak dewasa, penglihatannya akan melemah. Tekadang
dia tidak mampu membaca Al-Qur’an dari mushaf. Saat dewasa itulah dia
akan mendapatkan yang telah dihafalnya. Simpanan hafalan dalam dadanya
itu akan dibaca dan dinikmat dalam tahajudnya. Jika dia tidak mengingat
sedikit pun yang telah dihafalnya, maka betapa besar penyesalannya.
4. Memanfaatkan waktu giat dan senggang.
Tidak layak menghafal waktu lelah dan membosankan, atau ketika pikiran
sibuk dalam suatu perkara, karena semua itu akan menghalangi konsentrasi
dalam menghafal. Pilihlah waktu giat dan keadaan pikiran sedang tenang.
Alangkah baik menghafal dilakukan setelah Shalat Fajar (Subuh) karena
lebih banyak manfaatnya, terlebih bagi orang yang tidur malam lebih
awal.
Menggunakan waktu-waktu giat sangat penting. Kita harus mengetahui kapan
diri kita bangkit untuk bekerja dan kapan beristirahat.
Bila datang kesempatanmu, maka pergunakanlah ia sebaik-baiknya
Karena akhir setiap yang bergerak adalah ketenangan
Jangan kamu lalai melakukan kebaikan saat ada kesempatan
Karena kamu tidak tahu kapan ketenangan (kesempatan) itu akan kembali
Di antara keindahan lantunan bait syair Imam Syafi’i agar kita
menggunakan kesempatan untuk bergegas melakukan ketaatan adalah :
Bila orang-orang mulai terlelap tidur, aku pun menangis
Dan aku lantukan di antara bait syair yang terindah
Bukankah kerugian itu adalah malam-malam yang berlalu
Berlalu tanpa dilalui menuntut ilmu dan akan dihisab umurku?
5. Memilih tempat yang tepat.
Jauhi tempat-tempat bising dan keramaian agar kita dapat berkonsentrasi.
Sebaik-baik tempat untuk menghafal Al-Qur’anul Karim adalah rumah-rumah
Allah (masjid) agar mendapatkan pahala berlipat ganda.
6. Motivasi diri dan tekad yang benar.
Keinginan yang kuat dan benar akan memberikan pengaruh yang besar dalam
menguatkan, memudahkan, dan berkonsntrasi dalam menghafal. Orang yang
menghafal di bawah pengaruh tekanan kedua orangtuanya atau gurunya,
tanpa timbul motivasi dari dalam dirinya, maka hal itu tidak akan
berlangsung lama dan pasti akan mengalami masa futur (lemah semangat)
yang berat.
Motivasi diri dan tekad yang benar akan bertambah dengan adanya
penyemangat yang berkesinambungan, penjelasan tentang ganjaran dan
kedudukan yang mulia bagi para penghafal Al-Qur’anul Karim dan majelis
Al-Qur’an, serta adanya pengobaran semangat berlomba dalam halaqah
Qur’an, rumah, atau sekolah.
Tekad yang benar dengan sendirinya akan menghilangkan bisikan-bisikan
setan. Nafsu ammarah (jiwa penyuruh keburukan) pun akan sirna. Imam Ibnu
Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata:
“Barangsiapa memiliki tekad yang benar, maka setan akan berputus asa
darinya, dan bila mana seorang hamba tidak teguh pendiriannya, maka
setan akan selalu mengganggunya dan menjanjikan angan-angan yang terlalu
jauh”.
Imam Ibnu Al-Jauzi rahimahullah bercerita tentang dirinya:
“Aku pernah merasakan manisnya dalam menuntut ilmu, aku pun menjumpai
berbagai ujian yang menurutku lebih manis dari pada madu dikarenakan aku
menginginkan yang aku harapkan”.
7. Memfungsikan semua indera.
Kemampuan satu orang dengan lainnya pasti berbeda, apalagi dalam
menghafal Al-Quran. Namun, menggunakan semua pancaindera secara optimal
akan memberikan kemudahan untuk menyimpan hafalan secara baik dalam
ingatan.
Dalam proses menghafal Al-Quran ini, hendaknya kita dapat menfungsikan
indera penglihatan, pendengaran, dan ucapan. Setiap indera kita memiliki
jalan yang akan menyampaikannya kepada otak. Apabila cara yang
dilakukan beraneka ragam, maka akan menghasilkan hafalan yang kuat dan
mantap.
Kita bisa memulainya dengan membaca ayat yang akan kita hafal secara
jahriyah (bersuara). Kita harus melihat dengan teliti halaman yang kita
baca, serta mengulang-ngulannya, sampai halaman mushaf terekam dalam
ingatan.
Hendaknya pendengaran kita gunakan dalam membaca sehingga terasa nyaman,
khususnya bila kita membacanya dengan lagu yang indah.
Hindari cara-cara menghafal yang keliru, misalnya melihat mushaf dengan
tidak bersuara, mendengarkan kaset Al-Qur’an tanpa melihat mushaf, atau
merasa cukup dengan suara bacaan yang pelan.
8. Menggunakan satu cetakan mushaf.
Pilihlah cetakan Mushaf Huffazh, yaitu mushaf yang tiap awal halamannya
diawali ayat baru dan di halaman itu pula berakhir ayat sesudahnya. Ini
akan memberikan pengaruh cukup besar kepada kita dalam memberikan
gambaran bentuk dan letak halaman dalam ingatan. Juga kita akan kembali
terfokus ketika melakukan murajaah (mengulang hafalan).
Bila cetakan mushaf yang digunakan berubah-ubah, maka akan memberikan
gambaran yang berbeda di dalam ingatan. Kita tidak akan dapat
konsentrasi sehingga membuyarkan hafalan yang ada.
Jangan lupa untuk menggunakan mushaf saku atau mushaf yang dicetak per
juz yang selaras dengan cetakan mushaf yang digunakan selama ini.
Jadikan mushaf saku itu selalu bersama kita, di mana pun kita berada.
Dengan mushaf tersebut kita dapat segera memanfaatkan waktu yang ada
untuk hafalan baru atau mengulang hafalan yang ada.
9. Bacaan yang baik dan benar.
Sebelum mulai menghafal, kita harus membenahi bacaan terlebih dulu
dengan merujuk kepada salah seorang guru yang memiliki bacaan yang baik
dan benar. Bisa juga dengan mendengarkan potongan surat/ayat yang akan
kita hafal, dengan suara salah seorang qari dari dari MP3 atau
sejenisnya.
Bacaan yang baik dan benar itu diperlukan agar kita tidak jatuh kepada
kesalahan dalam menghafal. Jika dalam proses menghafal kita salah
membaca, maka kita akan mendapatkan kesulitan dalam memperbaikinya
setelah melekat dalam ingatan. Imam Munada rahimahullah berkata:
“Ketahuilah bahwa menghafal itu ada beberapa cara, di antaranya adalah
seseorang dapat membaca di hadapan orang yang lebih baik hafalannya,
karena orang yang baik hafalannya lebih peka terhadap kesalahan orang
yang membaca di hadapannya dibandingkan si pembaca tersebut terhadap
kesalahannya sendiri saat membaca hafalan”.
Dengan demikian, kita harus berusaha untuk ikut talaqqi Al-Qur’an secara
musyafahah (berhadapan langsung) dengan para penghafal Al-Qur’an atau
para syaikh yang baik bacaannya, agar nantinya kita akan terhindar dari
kesalahan dalam membaca.
Guru-guru Al-Quran tentu akan sangat memperhatikan perbaikan bacaan
ayat-ayat yang akan dihafal oleh para muridnya. Mereka juga akan selalu
membimbing muridnya untuk memperbaiki kata-kata yang sering salah baca,
yaitu dengan menugasi mereka agar mengulang hafalannya di hadapan
kawan-kawan untuk menghindari berbagai kesalahan pada saat menghafal.
10. Hafalan yang saling berikatan.
Jangan lupa, hafalan kita harus saling berikatan. Setiap kali kita
menghafal satu ayat dengan baik, hendaknya kita mengulanginya dengan
kembali membaca ayat sebelumnya yang telah kita hafal, setelah itu
barulah pindah ke ayat-ayat berikutnya.
Usahakan, setelah kita menyelesaikan hafalan surat tertentu, jangan dulu
tidak beranjak ke surat lainnya, sebelum kita yakin bahwa ayat-ayat
yang telah kita hafalkan sudah benar-benar melekat di memori kita.
11. Memahami makna ayat yang dihafal.
Di antara hal yang dapat membantu mengikat ayat-ayat yang dihafal dan
memudahkan dalam proses menghafal adalah sesekali merujuk kepada
beberapa kitab tafsir yang disusun secara ringkas. Hal itu agar kita
dapat memahami ayat-ayat tersebut, walaupun secara global.
Tentunya, hal itu hanya bisa dilakukan oleh mereka yang sudah menguasai
bahasa Arab dengan baik. Tapi bagi mereka yang belum menguasainya, bisa
juga menggunakan Mushaf terjemahan. Pemahaman makna ayat/surat akan
banyak membantu kita dalam menghafal.
Copy and WIN : hhttp://bit.ly/copynwin
Copy and WIN : hhttp://bit.ly/copynwin