Bismillaah..
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya
kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku
mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,
maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka
beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
(QS. Al-Baqarah: 186)
Sufyan bin ‘Uyainah berkata, “jangan
sekali-kali
pesimis dalam berdoa. Optimislah. Iblis saja dikabulkan
permintaannya oleh Allah ketika meminta diberi umur panjang.”
Sahabat muslim yang berbahagia, saya
ingin
mengajak Anda untuk merenungkan salah satu kisah yang di alami oleh Abu
Bakar
Ash-shiddiq r.hu. Beliau adalah salah satu sahabat Rasulullah yang
paling mulia
dan menempati kedudukan istimewa di hati Rasulullah SAW. Ia adalah orang
yang
menginfakkan seluruh hartanya demi kepentingan Islam. Ia adalah orang
yang
menemani Nabi SAW dalam gua tatkala dikejar-kejar oleh orang kafir di
Makkah
saat akan hijrah ke Madinah. Ia adalah orang yang menggantikan posisi
Rasulullah
sebagai imam shalat ketika Rasulullah sedang dalam keadaan sakit yang
payah
menjelang wafat beliau. Namun tahukah Anda, bahwa tidak semua keluarga
Abu
Bakar itu beriman dan membenarkan apa yang dibawa oleh Nabi SAW, bahkan
berbalik
memusuhi Islam?
Dialah Abdurrahman bin Abu Bakar.
Sebelum
hidayah menyentuh putera Abu Bakar dan Ummu Ruman ini, ia adalah orang
yang
sangat membenci dan memusuhi Nabi SAW dan bahkan ayahnya sendiri.
Siang malam dan bahkan dalam setiap
gerak
dan tarikan nafasnya, Abu Bakar dan isterinya tidak pernah berhenti
mendoakan
putranya agar mendapat hidayah Allah. Namun, hari berganti hari, bulan
berganti
bulan, tahun berganti tahun Abdurrahman masih saja tak beranjak dari
kekafirannya. Apakah Abu Bakar dan isterinya bosan dan berhenti
mendoakan
anaknya? Tidak, mereka berdua tetap berdoa agar anaknya segera mendapat
hidayah. Abu Bakar beserta isterinya yakin bahwa Allah pasti mendengar
tangis
dan rintihan hamba-hamba-Nya.
Benarlah, waktu lama yang
ditunggu-tunggu itu
pun tiba. Setelah kejadian Fathu Makkah tepatnya tahun ke-8 H,
Abdurrahman akhirnya mendapat hidayah dan masuk Islam. Sejak saat itu,
ia
menjadi pembela Islam yang gigih dan luar biasa.
Satu hal yang ingin saya sampaikan,
meski
Abu Bakar adalah manusia istimewa dan mempunyai kedudukan tinggi di
hadapan
Allah dan Rasul-Nya, namun ia masih harus menunggu cukup lama agar
doanya
dikabulkan oleh Allah. Selama hampir 22 tahun ia berharap dan berdoa
terus-menerus agar puteranya menjadi muslim-mukmin. Lalu bagaimana
dengan kita
yang hanya manusia biasa, apakah kita pantas berlaku bosan dengan doa
yang kita
panjatkan baru beberapa bulan atau bahkan baru beberapa hari saja?
Sahabat muslim yang berbahagia, buang
keragu-raguan dalam hati. Yakinlah dengan firman Allah dalam QS.
Al-Baqarah ayat
186, bahwa Allah mengabulkan doa para hamba-Nya. Lebih tegas lagi dalam
QS.
Ghafir (Al-Mu’min) ayat 60 Allah SWT menyatakan, “Berdoalah
kepada-Ku,
niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan
diri dari beribadah kepada-Ku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan
hina
dina.”
Cepat atau lambatnya doa yang Anda
panjatkan kepada-Nya dikabulkan, semua terserah Allah. Dia yang lebih
mengetahui mana yang lebih Anda butuhkan dan mana yang tidak.
Renungkanlah
sabda Rasulullah SAW, “Tidaklah seorang muslim yang berdoa dengan doa
yang
tidak mengandung dosa dan tidak untuk memutuskan tali kekeluargaan,
kecuali
Allah akan memberinya tiga kemungkinan (yaitu): doanya segera
dikabulkan, atau
akan di tunda sampai di akhirat, atau ia akan dijauhkan dari keburukan
yang
semisal.” (HR. Ahmad)
Sahabat muslim yang berbahagia,
tetaplah
istiqomah dan mudawamahkanlah doa yang selama ini Anda baca. Jangan
menjadi
lemah dan malas ketika doa tak kunjung terkabulkan. Percayalah, Allah
pasti
mengabulkan doa di saat yang tepat. Rasulullah bersabda, “Manusia
yang
paling lemah adalah orang yang paling malas berdoa (kepada Allah). Dan
orang
yang paling bakhil adalah orang yang bakhil memberi salam.” (HR.
Thabrani)
Ibnu jauzi berkata, “iman seorang
mukmin
akan tampak disaat ia menghadapi ujian. Di saat ia totalitas dalam
berdoa tapi
ia belum melihat pengaruh apapun dari doanya. Ketika ia tetap tidak
merubah
keinginan dan harapannya meski sebab-sebab untuk putus asa semakin kuat.
Itu
semua dilakukan karena keyakinannya bahwa hanya Allah yang paling tahu
apa yang
lebih maslahat untuk dirinya.”
god job ukhti..!!
BalasHapus