Minggu, 30 Agustus 2015

LOMBA TARTIL DAN OLIMPIADE PAI SE-JAWA TIMUR SEPTEMBER 2015

Assalaamu 'alaykum Wr. Wb.
Bismillaah...
Sehubungan dengan adanya agenda "Haflah Miladiyah PAI ke-22", maka dengan bangga Himpunan Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam (HMP-PAI) UIN Sunan Ampel Surabaya menyelenggarakan event berikut :
1. Olimpiade PAI tingkat SMP/MTs dan SMA/MA se-Jawa Timur
2. Musabaqoh Tartil al-Qur'an tingkat SMP/MTs dan SMA/MA se-Jawa Timur




Pendaftaran offline : gedung E1 Fak. Tarbiyah lt. II (ruang munaqosah) Kampus UIN Sunan Ampel Surabaya (Jl. Ahmad Yani No. 117, Surabaya, Jawa Timur 60237)
Pendaftaran online & INFO LEBIH LENGKAP : kunjungi www.himapai.blogspot.com
 
Hubungi CP :
ikhwan 085-748-661-686 (M. Afif)
akhwat 089-613-679-066 (Maria Ulfa Rohmati)

Untuk petunujuk pelaksanaan dan teknis lebih lanjut mengenai Olimpiade PAI dan Musabaqah Tartil al-Qur'an dalam rangka "Haflah Miladiyah PAI ke 22" UIN Sunan Ampel Surabaya, silahkan lihat disini dan disini.

Formulir pendaftaran bisa di download di bawah sini:
1. Form Olimpiade   >>>>  disini
2. Form MTQ           >>>>  disini
 

Yuk semangat dalam ber-fastabiqul khoyroot :D
Buruan daftar yaa.... Kuota terbatas !!!! :)

Wassalaamu 'alaykum Wr. Wb.

Selasa, 27 Januari 2015

Tips Menghafal al-Quran Lengkap dan Luar Biasa

Bismillaah..

Semoga dapat menambah motivasi dan inspirasi.

Pembaca yang budiman, ternyata Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam telah memberikan tips dalam menghafalkan Al Qur’an agar cepat hafal dan tidak mudah hilang dari ingatan. Simak hadits berikut ini..
Dicatat oleh Ibnu Nashr dalam Qiyamul Lail (73),
حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الأَعْلَى ، أَخْبَرَنِي أَنَسُ بْنُ عِيَاضٍ ، عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ ، عَنْ نَافِعٍ ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : ” إِذَا قَامَ صَاحِبُ الْقُرْآنِ فَقَرَأَهُ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ ذَكَرَهُ وَإِنْ لَمْ يَقُمْ بِهِ نَسِيَهُ “
“Yunus bin Abdil A’la menuturkan kepadaku, Anas bin ‘Iyadh mengabarkan kepadaku, dari Musa bin ‘Uqbah, dari Nafi’ dari Ibnu Umar radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, beliau bersabda:
Jika seseorang shahibul Qur’an membaca Al Qur’an di malam hari dan di siang hari ia akan mengingatnya. Jika ia tidak melakukan demikian, ia pasti akan melupakannya‘”
hadits ini dicatat juga imam Muslim dalam Shahih-nya (789), oleh Abu ‘Awwanah dalam Mustakhraj-nya (3052) dan Ibnu Mandah dalam Fawaid-nya (54)

Derajat hadits

Hadits ini shahih tanpa keraguan, semua perawinya tsiqah. Semuanya perawi Bukhari-Muslim kecuali Yunus bin bin Abdil A’la, namun ia adalah perawi Muslim.

Faidah hadits

  1. Hafalan Al Qur’an perlu untuk dijaga secara konsisten setiap harinya. Karena jika tidak demikian akan, hilang dan terlupa. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam,
    إنما مَثَلُ صاحبِ القرآنِ كمثلِ الإبلِ المعَقَّلَةِ . إن عاهد عليها أمسكَها . وإن أطلقها ذهبَت
    Permisalan Shahibul Qur’an itu seperti unta yang diikat. Jika ia diikat, maka ia akan menetap. Namun jika ikatannya dilepaskan, maka ia akan pergi” (HR. Muslim 789)
    Imam Al ‘Iraqi menjelaskan: “Nabi mengibaratkan bahwa mempelajari Al Qur’an itu secara terus-menerus dan membacanya terus-menerus dengan ikatan yang mencegah unta kabur. Maka selama Al Qur’an masih diterus dilakukan, maka hafalannya akan terus ada”.
    Beliau juga mengatakan: “dalam hadits ini ada dorongan untuk mengikat Al Qur’an dengan terus membacanya dan mempelajarinya serta ancaman dari melalaikannya hingga lupa serta dari lalai dengan tidak membacanya” (Tharhu At Tatsrib, 3/101-102)
  2. Kalimat فَقَرَأَهُ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ ذَكَرَهُ (membaca Al Qur’an di malam hari dan mengingatnya di siang hari) menunjukkan bahwa membaca Qur’an dan muraja’ah (mengulang) hafalan Al Qur’an hendaknya dilakukan setiap hari
  3. Anjuran untuk terus mempelajari, membaca dan muraja’ah (mengulang) hafalan Al Qur’an secara konsisten, setiap hari, di seluruh waktu. Al Qurthubi menyatakan: “hal pertama yang mesti dilakukan oleh shahibul qur’an adalah mengikhlaskan niatnya dalam mempelajari Al Qur’an, yaitu hanya karena Allah ‘Azza wa Jalla semata, sebagaimana telah kami sebutkan. Dan hendaknya ia mencurahkan jiwanya untuk mempelajari Al Qur’an baik malam maupun siang hari, dalam shalat maupun di luar shalat, agar ia tidak lupa” (Tafsir Al Qurthubi, 1/20).
  4. Anjuran untuk lebih bersemangat membaca Al Qur’an di malam hari. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
    إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا
    Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan (Qur’an) di waktu itu lebih kuat masuk hati” (QS. Al Muzammil)
  5. Anjuran untuk muraja’ah (mengulang) hafalan Al Qur’an di siang hari dan malam hari
  6. Hadits di atas tidak membatasi membaca Qur’an dan muraja’ah (mengulang) hafalan Al Qur’an hanya malam dan siang saja, namun sekedar irsyad (bimbingan) dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam agar senantiasa melakukannya. Hadits riwayat Muslim di atas menunjukkan bahwa semakin sering membaca dan muraja’ah itu semakin baik dan semakin mengikat hafalan Al Qur’an. Dan pemilihan waktunya disesuaikan apa yang mudah bagi masing-masing orang. Syaikh Shalih Al Maghamisi, seorang pakar ilmu Al Qur’an, ketika ditanya tentang hal ini beliau menjawab: “waktu menghafal yang utama itu tergantung keadaan masing-masing orang yang hendak menghafal. Adapun berdasarkan tajribat (pengalaman), waktu yang paling baik adalah setelah shalat shubuh” (Sumber: youtube)
  7. Hadits ini dalil bahwa shahibul qur’an, dengan segala keutamaannya, yang dimaksud adalah orang yang menghafalkan Al Qur’an, bukan sekedar membacanya. Al Imam Al Iraqi mengatakan: “yang zhahir, yang dimaksud shahibul qur’an adalah orang yang menghafalkannya” (Tharhu At Tatsrib, 3/101). Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani menyatakan, “ketahuilah, makna dari shahibul Qur’an adalah orang yang menghafalkannya di hati. berdasarkan sabda nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
    يؤم القوم أقرؤهم لكتاب الله
    “hendaknya yang mengimami sebuah kaum adalah yang paling aqra’ terhadap kitabullah”
    maksudnya yang paling hafal. Maka derajat surga yang didapatkan seseorang itu tergantung pada banyak hafalan Al Qur’annya di dunia, bukan pada banyak bacaannya, sebagaimana disangka oleh sebagian orang. Maka di sini kita ketahui keutamaan yang besar bagi pada penghafal Al Qur’an. Namun dengan syarat ia menghafalkan Al Qur’an untuk mengharap wajah Allah tabaaraka wa ta’ala, bukan untuk tujuan dunia atau harta” (Silsilah Ash Shahihah, 5/281).

Penulis: Yulian Purnama
Artikel Muslimah.Or.Id

 Adapun Tips Lainnya :

1.          Ikhlas sebagai kunci ilmu dan pemahaman.
Jadikan maksud dan tujuan kita dalam menghafal sebagai bentuk taqarrub kepada Allah SWT. Hadirkan pada diri kita bahwa yang sedang kita baca adalah Kalamullah Azza wa Jalla. Waspadalah, motivasi kita dalam menghafal bukanlah untuk mendapatkan kedudukan di tengah-tengah masyarakat atau untuk mendapatkan penghasilan dunia, upah, dan hadiah, melainkan karena Allah SWT semata. Allah SWT tidak akan menerima amal kecuali amal itu dikerjakan secara ikhlas untuk-Nya semata.
2.        Menjauhi kemaksiatan dan perbuatan dosa.
Hati yang diselimuti oleh kemaksiatan dan disibukan dengan serbuan syahwat dunia tidak akan mendapatkan porsi cahaya Al-Qur’an. Kemaksiatan akan menjadi penghalang dalam menghafal Al-Qur’an. Ibnu Mubarak rahimahullah berkata : Aku melihat dosa-dosa itu akan mematikan hati Selalu melakukan dosa akan mewariskan kehinaan Meninggalkan dosa merupakan hidupnya hati Baik bagi dirimu bilamana meninggalkannya Dikisahkan, suatu hari Imam Syafi’i rahimahullah yang memiliki kecepatan dalam menghafal mengadu kepada gurunya, Waki’, karena mengalami kelambatan dalam menghafal. Waki’ lalu memberikan obat mujarab, yaitu dengan nasihat agar dia meninggalkan perbuatan maksiat dan mengosongkan hati dari setiap penghalang antara dia dan Tuhan. Imam Syafi’I rahimahullah berkata: Aku mengadu kepada (guruku) Waki’ atas buruknya hafalanku Maka diapun memberiku nasihat agar aku meninggalkan kemaksiatan Dia memberitahuku bahwa ilmu itu adalah cahaya Dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang selalu bermaksiat. Barangsiapa memiliki kesungguhan untuk menjauhi kemaksiatan, maka Allah Azza wa Jalla akan membukakan hatinya untuk mengingat-Nya, membimbingnya dalam mentadaburi ayat-ayat kitab-Nya, memberikan kemudahan dalam menghafal dan mempelajarinya.
3.        Memanfaatkan masa kanak-kanak dan masa muda.
Anak kecil memiliki banyak waktu luang. Ahnaf bin Qais meriwayatkan, dia pernah mendengar seseorang berkata: “Belajar waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu”. Maka Ahnaf pun berkomentar: “Orang dewasa itu lebih pandai, akan tetapi hatinya lebih sibuk”. Namun demikian, orang yang masa mudanya telah berlalu, jangan sampai merasa tidak memiliki kesempatan dan merasa lemah dalam menghafal. Sebabnya, bila dia kosongkan hatinya dari segala kesibukan dan kegundahan, maka dia akan mendapatkan kemudahan dalam menghafal Al-Qur’an. Allah ta’ala berfirman : “Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran. Maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Q.S. Al-Qamar/54 :17) Ketika seseorang beranjak dewasa, penglihatannya akan melemah. Tekadang dia tidak mampu membaca Al-Qur’an dari mushaf. Saat dewasa itulah dia akan mendapatkan yang telah dihafalnya. Simpanan hafalan dalam dadanya itu akan dibaca dan dinikmat dalam tahajudnya. Jika dia tidak mengingat sedikit pun yang telah dihafalnya, maka betapa besar penyesalannya.
4.       Memanfaatkan waktu giat dan senggang.
Tidak layak menghafal waktu lelah dan membosankan, atau ketika pikiran sibuk dalam suatu perkara, karena semua itu akan menghalangi konsentrasi dalam menghafal. Pilihlah waktu giat dan keadaan pikiran sedang tenang. Alangkah baik menghafal dilakukan setelah Shalat Fajar (Subuh) karena lebih banyak manfaatnya, terlebih bagi orang yang tidur malam lebih awal. Menggunakan waktu-waktu giat sangat penting. Kita harus mengetahui kapan diri kita bangkit untuk bekerja dan kapan beristirahat. Bila datang kesempatanmu, maka pergunakanlah ia sebaik-baiknya Karena akhir setiap yang bergerak adalah ketenangan Jangan kamu lalai melakukan kebaikan saat ada kesempatan Karena kamu tidak tahu kapan ketenangan (kesempatan) itu akan kembali Di antara keindahan lantunan bait syair Imam Syafi’i agar kita menggunakan kesempatan untuk bergegas melakukan ketaatan adalah : Bila orang-orang mulai terlelap tidur, aku pun menangis Dan aku lantukan di antara bait syair yang terindah Bukankah kerugian itu adalah malam-malam yang berlalu Berlalu tanpa dilalui menuntut ilmu dan akan dihisab umurku?
5.        Memilih tempat yang tepat.
Jauhi tempat-tempat bising dan keramaian agar kita dapat berkonsentrasi. Sebaik-baik tempat untuk menghafal Al-Qur’anul Karim adalah rumah-rumah Allah (masjid) agar mendapatkan pahala berlipat ganda.
6.       Motivasi diri dan tekad yang benar.
Keinginan yang kuat dan benar akan memberikan pengaruh yang besar dalam menguatkan, memudahkan, dan berkonsntrasi dalam menghafal. Orang yang menghafal di bawah pengaruh tekanan kedua orangtuanya atau gurunya, tanpa timbul motivasi dari dalam dirinya, maka hal itu tidak akan berlangsung lama dan pasti akan mengalami masa futur (lemah semangat) yang berat. Motivasi diri dan tekad yang benar akan bertambah dengan adanya penyemangat yang berkesinambungan, penjelasan tentang ganjaran dan kedudukan yang mulia bagi para penghafal Al-Qur’anul Karim dan majelis Al-Qur’an, serta adanya pengobaran semangat berlomba dalam halaqah Qur’an, rumah, atau sekolah. Tekad yang benar dengan sendirinya akan menghilangkan bisikan-bisikan setan. Nafsu ammarah (jiwa penyuruh keburukan) pun akan sirna. Imam Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata: “Barangsiapa memiliki tekad yang benar, maka setan akan berputus asa darinya, dan bila mana seorang hamba tidak teguh pendiriannya, maka setan akan selalu mengganggunya dan menjanjikan angan-angan yang terlalu jauh”. Imam Ibnu Al-Jauzi rahimahullah bercerita tentang dirinya: “Aku pernah merasakan manisnya dalam menuntut ilmu, aku pun menjumpai berbagai ujian yang menurutku lebih manis dari pada madu dikarenakan aku menginginkan yang aku harapkan”.
7.        Memfungsikan semua indera.
Kemampuan satu orang dengan lainnya pasti berbeda, apalagi dalam menghafal Al-Quran. Namun, menggunakan semua pancaindera secara optimal akan memberikan kemudahan untuk menyimpan hafalan secara baik dalam ingatan. Dalam proses menghafal Al-Quran ini, hendaknya kita dapat menfungsikan indera penglihatan, pendengaran, dan ucapan. Setiap indera kita memiliki jalan yang akan menyampaikannya kepada otak. Apabila cara yang dilakukan beraneka ragam, maka akan menghasilkan hafalan yang kuat dan mantap. Kita bisa memulainya dengan membaca ayat yang akan kita hafal secara jahriyah (bersuara). Kita harus melihat dengan teliti halaman yang kita baca, serta mengulang-ngulannya, sampai halaman mushaf terekam dalam ingatan. Hendaknya pendengaran kita gunakan dalam membaca sehingga terasa nyaman, khususnya bila kita membacanya dengan lagu yang indah. Hindari cara-cara menghafal yang keliru, misalnya melihat mushaf dengan tidak bersuara, mendengarkan kaset Al-Qur’an tanpa melihat mushaf, atau merasa cukup dengan suara bacaan yang pelan.
8.        Menggunakan satu cetakan mushaf.
Pilihlah cetakan Mushaf Huffazh, yaitu mushaf yang tiap awal halamannya diawali ayat baru dan di halaman itu pula berakhir ayat sesudahnya. Ini akan memberikan pengaruh cukup besar kepada kita dalam memberikan gambaran bentuk dan letak halaman dalam ingatan. Juga kita akan kembali terfokus ketika melakukan murajaah (mengulang hafalan). Bila cetakan mushaf yang digunakan berubah-ubah, maka akan memberikan gambaran yang berbeda di dalam ingatan. Kita tidak akan dapat konsentrasi sehingga membuyarkan hafalan yang ada. Jangan lupa untuk menggunakan mushaf saku atau mushaf yang dicetak per juz yang selaras dengan cetakan mushaf yang digunakan selama ini. Jadikan mushaf saku itu selalu bersama kita, di mana pun kita berada. Dengan mushaf tersebut kita dapat segera memanfaatkan waktu yang ada untuk hafalan baru atau mengulang hafalan yang ada.
9.       Bacaan yang baik dan benar.
Sebelum mulai menghafal, kita harus membenahi bacaan terlebih dulu dengan merujuk kepada salah seorang guru yang memiliki bacaan yang baik dan benar. Bisa juga dengan mendengarkan potongan surat/ayat yang akan kita hafal, dengan suara salah seorang qari dari dari MP3 atau sejenisnya. Bacaan yang baik dan benar itu diperlukan agar kita tidak jatuh kepada kesalahan dalam menghafal. Jika dalam proses menghafal kita salah membaca, maka kita akan mendapatkan kesulitan dalam memperbaikinya setelah melekat dalam ingatan. Imam Munada rahimahullah berkata: “Ketahuilah bahwa menghafal itu ada beberapa cara, di antaranya adalah seseorang dapat membaca di hadapan orang yang lebih baik hafalannya, karena orang yang baik hafalannya lebih peka terhadap kesalahan orang yang membaca di hadapannya dibandingkan si pembaca tersebut terhadap kesalahannya sendiri saat membaca hafalan”. Dengan demikian, kita harus berusaha untuk ikut talaqqi Al-Qur’an secara musyafahah (berhadapan langsung) dengan para penghafal Al-Qur’an atau para syaikh yang baik bacaannya, agar nantinya kita akan terhindar dari kesalahan dalam membaca. Guru-guru Al-Quran tentu akan sangat memperhatikan perbaikan bacaan ayat-ayat yang akan dihafal oleh para muridnya. Mereka juga akan selalu membimbing muridnya untuk memperbaiki kata-kata yang sering salah baca, yaitu dengan menugasi mereka agar mengulang hafalannya di hadapan kawan-kawan untuk menghindari berbagai kesalahan pada saat menghafal.
10.    Hafalan yang saling berikatan.
Jangan lupa, hafalan kita harus saling berikatan. Setiap kali kita menghafal satu ayat dengan baik, hendaknya kita mengulanginya dengan kembali membaca ayat sebelumnya yang telah kita hafal, setelah itu barulah pindah ke ayat-ayat berikutnya. Usahakan, setelah kita menyelesaikan hafalan surat tertentu, jangan dulu tidak beranjak ke surat lainnya, sebelum kita yakin bahwa ayat-ayat yang telah kita hafalkan sudah benar-benar melekat di memori kita.
11.       Memahami makna ayat yang dihafal.
Di antara hal yang dapat membantu mengikat ayat-ayat yang dihafal dan memudahkan dalam proses menghafal adalah sesekali merujuk kepada beberapa kitab tafsir yang disusun secara ringkas. Hal itu agar kita dapat memahami ayat-ayat tersebut, walaupun secara global. Tentunya, hal itu hanya bisa dilakukan oleh mereka yang sudah menguasai bahasa Arab dengan baik. Tapi bagi mereka yang belum menguasainya, bisa juga menggunakan Mushaf terjemahan. Pemahaman makna ayat/surat akan banyak membantu kita dalam menghafal.
12.     Hafalan yang baik: jangan tergesa-gesa.
Ketika kita ingin memulai menghafal Al-Quran, usahakan jangan tergesa-gesa ingin cepat hafal ayat atau surat yang baru satu atau dua kali kita baca. Hafalan yang baik akan didapatkan dengan cara membaca berulang kali ayat-ayat yang akan kita hafal. Paling tidak, kita dapat membacanya minimal tujuh kali. Setelah kita merasakan ayat-ayat yang baru saja kita baca tadi telah melekat di dalam memori kita, barulah kita boleh pindah ke ayat berikutnya. Banyak santri atau orang yang sedang menghafal Al-Quran, setelah membaca dua sampai tiga kali ayat yang akan dihafalnya, merasa sudah hafal. Setelah itu, ia pun mencoba pindah ke ayat berikutnya karena ingin segera menghafal ayat lain. Mungkin, hal itu terjadi karena adanya persaingan, para santri pun berlomba, atau sang guru membebaninya dengan hafalan dan target-target yang memberatkan. Hal demikian sebenarnya tidak dapat dibenarkan dalam proses menghafal Al-Quran yang baik. Cara menghafal demikian tidak akan membuahkan hasil yang memuaskan. Menghafal sedikit-sedikit lebih baik daripada banyak tetapi terputus. Menghafal dengan tergesa-gesa akan mengakibatkan cepat lupa. Terkadang yang menjadi penyebab fenomena tersebut adalah merasa puas dengan dirinya dan terperdaya akan hal itu –merasa cukup dengan membaca beberapa kali ayat/surat yang akan dihafal.
13.     Memiliki bacaan yang berkesinambungan.
Hendaknya kita segera membaca Al-Qur’an ketika kesempatan itu datang. Sering membaca Al-Qur’an akan mempermudah dan melekatkan hafalan dalam memori kita. Bacaan yang banyak itu termasuk di antara metode paling mendasar dalam mengulang-ngulang hafalan. Ayat/surat yang banyak kita baca dan perdengarkan kepada orang lain, akan dapat membantu kita dalam menghafal dan kita tidak perlu lagi bersusah-payah menghafalnya. Saat menghafal, ketika kita sampai pada ayat-ayat yang sering dibaca itu, maka kita akan melaluinya dengan mudah. Kita ambil contoh, Surat yasin, Al-Waqi’ah, Al-Mulk, dan ayat-ayat terakhir dalam surat Al-Furqan, terlebih lagi surat-surat terdapat dalam Juz ‘Amma dan ayat-ayat terakhir dalam surat Al-Baqarah yang sering dibaca banyak orang, akan lebih mudah kita hafal karena kita sering membaca dan mendengarnya dari orang lain. Dari sini akan terlihat perbedaan yang amat mencolok antara orang yang memiliki wirid Al-Quran (tilawah harian) dengan yang tidak memilikinya. Bila kita terbiasa membaca Al-Qur’an setiap hari, secara berkesinambungan dan dengan target tertentu, kita akan dapat menghafal Al-Quran dengan mudah. Kita akan sering dapati, ayat/surat yang akan kita hafal seakan-akan sudah pernah kita dihafal. Kita akan sulit menghafal jika kita jarang atau sedikit membaca Al-Quran dan tidak memiliki target tertentu setiap harinya. Jangan lupa, membaca Al-Qur’an itu ibadah dan bentuk taqarrub kepada Allah SWT. Setiap ayat yang kita baca bernilai satu pahala yang dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat.
14.     Kuatkan hafalan dalam shalat.
Banyak membaca surat-surat yang pernah kita hafal akan dapat menguatkan dan melekatkan hafalan dalam memori, khususnya dalam shalat. Oleh karenanya, hendaknya kita selalu bersungguh-sunguh mengulang-ngulang hafalan dengan membacanya di dalam shalat. Kita dapat melakukan hal itu dalam shalat tahujud beberapa rakaat. Rasulullah SAW sebagai qudwah, pemberi petunjuk dan pemberi kabar gembira, telah mengajarkan cara demikian. Cara itu juga pernah dilalui oleh orang-orang shalih sehingga hafalan Al-Qur’an mereka kuat, tidak mudah lupa. Rasulullah SAW bersabda : “Dan apabila seorang penghafal Al-Qur’an mendirikan shalat kemudian dia membacanya siang dan malam hari; maka dia akan selalu mengingatnya, dan apabila dia tidak melakukannya maka dia akan melupakannya“ (H.R. Muslim).
15.     Menghafal sendiri sedikit manfaatnya.
Barangkali ada kebiasaan buruk pada diri kita, yaitu suka menunda pekerjaan; mengatakan “nanti” setiap kali terlintas pada diri kita untuk segera menghafal. Saat kesibukan menghadang, kita pun menundanya. Lebih buruk lagi, tekad kita akan cepat melemah. Karenanya, hindari menghafal sendirian. Menghafallah bersama-sama seorang kawan. Dengan begitu, kita pun akan dapat membuat perencanaan dan satu sama lain akan saling membantu, saling berlomba satu sama lain, juga saling mengingatkan bila terjadi kesalahan dalam membaca dan menghafal. Betapa banyak peserta halaqah tahfizh Al-Quran di masjid, mushalla, di rumah, dan sebagainya telah menghafal beberapa juz. Karena kesibukannya, mereka tidak dapat menghadiri halaqah-halaqah tersebut. Mereka pun mengira mampu menghafal secara individu dan tidak butuh lagi hadir dalam halaqah. Celakanya, semangat mereka terlihat melemah dan akhirnya berhenti menghafal. Yang lebih parah lagi, terkadang mereka disibukkan oleh urusan dan pekerjaan yang membuat mereka meninggalkan murajaah hafalan yang lalu mereka hafal. Demikianlah, hari demi hari berlalu dan mereka lupa semua yang mereka pernah hafalkan. Mereka menyia-nyiakan semua yang pernah mereka raih. Menghafal sendiri, tanpa bimbingan seorang guru, juga akan dihadapkan pada kesalahan saat mengucapkan ayat-ayat Al-Qur’an. Memang, tanpa disadari, kesalahan itu akan terus berlangsung dalam tempo yang lama. Namun, ketika dia memperdengarkan hafalannya di hadapan peserta lainnya atau di hadapan gurunya, maka kesalahan tersebut akan nampak jelas. Oleh karena itu, kita dapat memilih dan mengajak beberapa teman, peserta halaqat tahfizh, atau saudara yang kita cintai karena Allah SWT, untuk sama-sama menghafal Al-Qur’an. Kita bisa saling mengoreksi dan melakukan murajaah hafalan.
16.     Teliti dalam membaca ayat-ayat yang mirip.
Penting sekali memperhatikan ayat-ayat yang mirip pada beberapa lafazh dan membadingkan letak kemiripannya. Bagus sekali, jika sedang menghafal, kita menuliskan ayat-ayat yang mirip, dengan harapan agar kita dapat menghadirkan letak ayat yang mirip saat murajaah. Kalau kita amati, sebagian peserta halaqat tahfizh tidak memperhatikan letak ayat-ayat yang mirip. Mereka pun mengalami kesalahan saat tasmi’ (memperdengarkan) hafalan. Kemiripan satu ayat dengan ayat lainnya akan dapat mengganggu konsentrasi. Tanpa kita sadari, bisa jadi mereka akan berpindah ke surat berikutnya. Terkadang saat tasmi’ kita akan “nyasar” dan berpindah ke surat atau ayat lainnya karena ada beberapa ayat yang mirip. Oleh karena itu, kita harus lebih fokus pada ayat-ayat yang mirip, mengamatinya, dan ada perhatian lebih terhadapnya. Perhatikan ungkapan salah seorang ulama: “Sesungguhnya mengenal letak ayat yang mirip akan memberikan kemudahan dalam menguatkan hafalan seorang penghafal dan melatih peserta halaqat tahfizh. Ada satu kelompok Qurra (para qari’/ahli qiraat) yang menulis jenis ini dan mereka menjulukinya dengan sebutan Al-Mutasyabih sebagai jawaban dari buruknya hafalan”.
17.      ISTIQAMAH
Tips yang terakhir ini tidak kalah pentingnya, seseorang akan berhasil manakala dirinya mampu istiqamah in syaa Allah.

Mudah-mudahan, tips menghafal al-Quran di atas dapat membantu kita dalam menghafal Kalamullah. Aamiiin. Allahu a’lam bish-shawab.


Sumber :
http://darulmunir.blogspot.com/2013/04/tips-menghafal-al-quran.html
fazh dan membadingkan letak kemiripannya. Bagus sekali, jika sedang menghafal, kita menuliskan ayat-ayat yang mirip, dengan harapan agar kita dapat menghadirkan letak ayat yang mirip saat murajaah. Kalau kita amati, sebagian peserta halaqat tahfizh tidak memperhatikan letak ayat-ayat yang mirip. Mereka pun mengalami kesalahan saat tasmi’ (memperdengarkan) hafalan. Kemiripan satu ayat dengan ayat lainnya akan dapat mengganggu konsentrasi. Tanpa kita sadari, bisa jadi mereka akan berpindah ke surat berikutnya. Terkadang saat tasmi’ kita akan “nyasar” dan berpindah ke surat atau ayat lainnya karena ada beberapa ayat yang mirip. Oleh karena itu, kita harus lebih fokus pada ayat-ayat yang mirip, mengamatinya, dan ada perhatian lebih terhadapnya. Perhatikan ungkapan salah seorang ulama: “Sesungguhnya mengenal letak ayat yang mirip akan memberikan kemudahan dalam menguatkan hafalan seorang penghafal dan melatih peserta halaqat tahfizh. Ada satu kelompok Qurra (para qari’/ahli qiraat) yang menulis jenis ini dan mereka menjulukinya dengan sebutan Al-Mutasyabih sebag

Copy and WIN : hhttp://bit.ly/copynwin
fazh dan membadingkan letak kemiripannya. Bagus sekali, jika sedang menghafal, kita menuliskan ayat-ayat yang mirip, dengan harapan agar kita dapat menghadirkan letak ayat yang mirip saat murajaah. Kalau kita amati, sebagian peserta halaqat tahfizh tidak memperhatikan letak ayat-ayat yang mirip. Mereka pun mengalami kesalahan saat tasmi’ (memperdengarkan) hafalan. Kemiripan satu ayat dengan ayat lainnya akan dapat mengganggu konsentrasi. Tanpa kita sadari, bisa jadi mereka akan berpindah ke surat berikutnya. Terkadang saat tasmi’ kita akan “nyasar” dan berpindah ke surat atau ayat lainnya karena ada beberapa ayat yang mirip. Oleh karena itu, kita harus lebih fokus pada ayat-ayat yang mirip, mengamatinya, dan ada perhatian lebih terhadapnya. Perhatikan ungkapan salah seorang ulama: “Sesungguhnya mengenal letak ayat yang mirip akan memberikan kemudahan dalam menguatkan hafalan seorang penghafal dan melatih peserta halaqat tahfizh. Ada satu kelompok Qurra (para qari’/ahli qiraat) yang menulis jenis ini dan mereka menjulukinya dengan sebutan Al-Mutasyabih sebag

Copy and WIN : hhttp://bit.ly/copynwi
1. Ikhlas sebagai kunci ilmu dan pemahaman. Jadikan maksud dan tujuan kita dalam menghafal sebagai bentuk taqarrub kepada Allah SWT. Hadirkan pada diri kita bahwa yang sedang kita baca adalah Kalamullah Azza wa Jalla. Waspadalah, motivasi kita dalam menghafal bukanlah untuk mendapatkan kedudukan di tengah-tengah masyarakat atau untuk mendapatkan penghasilan dunia, upah, dan hadiah, melainkan karena Allah SWT semata. Allah SWT tidak akan menerima amal kecuali amal itu dikerjakan secara ikhlas untuk-Nya semata. 2. Menjauhi kemaksiatan dan perbuatan dosa. Hati yang diselimuti oleh kemaksiatan dan disibukan dengan serbuan syahwat dunia tidak akan mendapatkan porsi cahaya Al-Qur’an. Kemaksiatan akan menjadi penghalang dalam menghafal Al-Qur’an. Ibnu Mubarak rahimahullah berkata : Aku melihat dosa-dosa itu akan mematikan hati Selalu melakukan dosa akan mewariskan kehinaan Meninggalkan dosa merupakan hidupnya hati Baik bagi dirimu bilamana meninggalkannya Dikisahkan, suatu hari Imam Syafi’i rahimahullah yang memiliki kecepatan dalam menghafal mengadu kepada gurunya, Waki’, karena mengalami kelambatan dalam menghafal. Waki’ lalu memberikan obat mujarab, yaitu dengan nasihat agar dia meninggalkan perbuatan maksiat dan mengosongkan hati dari setiap penghalang antara dia dan Tuhan. Imam Syafi’I rahimahullah berkata: Aku mengadu kepada (guruku) Waki’ atas buruknya hafalanku Maka diapun memberiku nasihat agar aku meninggalkan kemaksiatan Dia memberitahuku bahwa ilmu itu adalah cahaya Dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang selalu bermaksiat. Barangsiapa memiliki kesungguhan untuk menjauhi kemaksiatan, maka Allah Azza wa Jalla akan membukakan hatinya untuk mengingat-Nya, membimbingnya dalam mentadaburi ayat-ayat kitab-Nya, memberikan kemudahan dalam menghafal dan mempelajarinya. 3. Memanfaatkan masa kanak-kanak dan masa muda. Anak kecil memiliki banyak waktu luang. Ahnaf bin Qais meriwayatkan, dia pernah mendengar seseorang berkata: “Belajar waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu”. Maka Ahnaf pun berkomentar: “Orang dewasa itu lebih pandai, akan tetapi hatinya lebih sibuk”. Namun demikian, orang yang masa mudanya telah berlalu, jangan sampai merasa tidak memiliki kesempatan dan merasa lemah dalam menghafal. Sebabnya, bila dia kosongkan hatinya dari segala kesibukan dan kegundahan, maka dia akan mendapatkan kemudahan dalam menghafal Al-Qur’an. Allah ta’ala berfirman : “Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran. Maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Q.S. Al-Qamar/54 :17) Ketika seseorang beranjak dewasa, penglihatannya akan melemah. Tekadang dia tidak mampu membaca Al-Qur’an dari mushaf. Saat dewasa itulah dia akan mendapatkan yang telah dihafalnya. Simpanan hafalan dalam dadanya itu akan dibaca dan dinikmat dalam tahajudnya. Jika dia tidak mengingat sedikit pun yang telah dihafalnya, maka betapa besar penyesalannya. 4. Memanfaatkan waktu giat dan senggang. Tidak layak menghafal waktu lelah dan membosankan, atau ketika pikiran sibuk dalam suatu perkara, karena semua itu akan menghalangi konsentrasi dalam menghafal. Pilihlah waktu giat dan keadaan pikiran sedang tenang. Alangkah baik menghafal dilakukan setelah Shalat Fajar (Subuh) karena lebih banyak manfaatnya, terlebih bagi orang yang tidur malam lebih awal. Menggunakan waktu-waktu giat sangat penting. Kita harus mengetahui kapan diri kita bangkit untuk bekerja dan kapan beristirahat. Bila datang kesempatanmu, maka pergunakanlah ia sebaik-baiknya Karena akhir setiap yang bergerak adalah ketenangan Jangan kamu lalai melakukan kebaikan saat ada kesempatan Karena kamu tidak tahu kapan ketenangan (kesempatan) itu akan kembali Di antara keindahan lantunan bait syair Imam Syafi’i agar kita menggunakan kesempatan untuk bergegas melakukan ketaatan adalah : Bila orang-orang mulai terlelap tidur, aku pun menangis Dan aku lantukan di antara bait syair yang terindah Bukankah kerugian itu adalah malam-malam yang berlalu Berlalu tanpa dilalui menuntut ilmu dan akan dihisab umurku? 5. Memilih tempat yang tepat. Jauhi tempat-tempat bising dan keramaian agar kita dapat berkonsentrasi. Sebaik-baik tempat untuk menghafal Al-Qur’anul Karim adalah rumah-rumah Allah (masjid) agar mendapatkan pahala berlipat ganda. 6. Motivasi diri dan tekad yang benar. Keinginan yang kuat dan benar akan memberikan pengaruh yang besar dalam menguatkan, memudahkan, dan berkonsntrasi dalam menghafal. Orang yang menghafal di bawah pengaruh tekanan kedua orangtuanya atau gurunya, tanpa timbul motivasi dari dalam dirinya, maka hal itu tidak akan berlangsung lama dan pasti akan mengalami masa futur (lemah semangat) yang berat. Motivasi diri dan tekad yang benar akan bertambah dengan adanya penyemangat yang berkesinambungan, penjelasan tentang ganjaran dan kedudukan yang mulia bagi para penghafal Al-Qur’anul Karim dan majelis Al-Qur’an, serta adanya pengobaran semangat berlomba dalam halaqah Qur’an, rumah, atau sekolah. Tekad yang benar dengan sendirinya akan menghilangkan bisikan-bisikan setan. Nafsu ammarah (jiwa penyuruh keburukan) pun akan sirna. Imam Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata: “Barangsiapa memiliki tekad yang benar, maka setan akan berputus asa darinya, dan bila mana seorang hamba tidak teguh pendiriannya, maka setan akan selalu mengganggunya dan menjanjikan angan-angan yang terlalu jauh”. Imam Ibnu Al-Jauzi rahimahullah bercerita tentang dirinya: “Aku pernah merasakan manisnya dalam menuntut ilmu, aku pun menjumpai berbagai ujian yang menurutku lebih manis dari pada madu dikarenakan aku menginginkan yang aku harapkan”. 7. Memfungsikan semua indera. Kemampuan satu orang dengan lainnya pasti berbeda, apalagi dalam menghafal Al-Quran. Namun, menggunakan semua pancaindera secara optimal akan memberikan kemudahan untuk menyimpan hafalan secara baik dalam ingatan. Dalam proses menghafal Al-Quran ini, hendaknya kita dapat menfungsikan indera penglihatan, pendengaran, dan ucapan. Setiap indera kita memiliki jalan yang akan menyampaikannya kepada otak. Apabila cara yang dilakukan beraneka ragam, maka akan menghasilkan hafalan yang kuat dan mantap. Kita bisa memulainya dengan membaca ayat yang akan kita hafal secara jahriyah (bersuara). Kita harus melihat dengan teliti halaman yang kita baca, serta mengulang-ngulannya, sampai halaman mushaf terekam dalam ingatan. Hendaknya pendengaran kita gunakan dalam membaca sehingga terasa nyaman, khususnya bila kita membacanya dengan lagu yang indah. Hindari cara-cara menghafal yang keliru, misalnya melihat mushaf dengan tidak bersuara, mendengarkan kaset Al-Qur’an tanpa melihat mushaf, atau merasa cukup dengan suara bacaan yang pelan. 8. Menggunakan satu cetakan mushaf. Pilihlah cetakan Mushaf Huffazh, yaitu mushaf yang tiap awal halamannya diawali ayat baru dan di halaman itu pula berakhir ayat sesudahnya. Ini akan memberikan pengaruh cukup besar kepada kita dalam memberikan gambaran bentuk dan letak halaman dalam ingatan. Juga kita akan kembali terfokus ketika melakukan murajaah (mengulang hafalan). Bila cetakan mushaf yang digunakan berubah-ubah, maka akan memberikan gambaran yang berbeda di dalam ingatan. Kita tidak akan dapat konsentrasi sehingga membuyarkan hafalan yang ada. Jangan lupa untuk menggunakan mushaf saku atau mushaf yang dicetak per juz yang selaras dengan cetakan mushaf yang digunakan selama ini. Jadikan mushaf saku itu selalu bersama kita, di mana pun kita berada. Dengan mushaf tersebut kita dapat segera memanfaatkan waktu yang ada untuk hafalan baru atau mengulang hafalan yang ada. 9. Bacaan yang baik dan benar. Sebelum mulai menghafal, kita harus membenahi bacaan terlebih dulu dengan merujuk kepada salah seorang guru yang memiliki bacaan yang baik dan benar. Bisa juga dengan mendengarkan potongan surat/ayat yang akan kita hafal, dengan suara salah seorang qari dari dari MP3 atau sejenisnya. Bacaan yang baik dan benar itu diperlukan agar kita tidak jatuh kepada kesalahan dalam menghafal. Jika dalam proses menghafal kita salah membaca, maka kita akan mendapatkan kesulitan dalam memperbaikinya setelah melekat dalam ingatan. Imam Munada rahimahullah berkata: “Ketahuilah bahwa menghafal itu ada beberapa cara, di antaranya adalah seseorang dapat membaca di hadapan orang yang lebih baik hafalannya, karena orang yang baik hafalannya lebih peka terhadap kesalahan orang yang membaca di hadapannya dibandingkan si pembaca tersebut terhadap kesalahannya sendiri saat membaca hafalan”. Dengan demikian, kita harus berusaha untuk ikut talaqqi Al-Qur’an secara musyafahah (berhadapan langsung) dengan para penghafal Al-Qur’an atau para syaikh yang baik bacaannya, agar nantinya kita akan terhindar dari kesalahan dalam membaca. Guru-guru Al-Quran tentu akan sangat memperhatikan perbaikan bacaan ayat-ayat yang akan dihafal oleh para muridnya. Mereka juga akan selalu membimbing muridnya untuk memperbaiki kata-kata yang sering salah baca, yaitu dengan menugasi mereka agar mengulang hafalannya di hadapan kawan-kawan untuk menghindari berbagai kesalahan pada saat menghafal. 10. Hafalan yang saling berikatan. Jangan lupa, hafalan kita harus saling berikatan. Setiap kali kita menghafal satu ayat dengan baik, hendaknya kita mengulanginya dengan kembali membaca ayat sebelumnya yang telah kita hafal, setelah itu barulah pindah ke ayat-ayat berikutnya. Usahakan, setelah kita menyelesaikan hafalan surat tertentu, jangan dulu tidak beranjak ke surat lainnya, sebelum kita yakin bahwa ayat-ayat yang telah kita hafalkan sudah benar-benar melekat di memori kita. 11. Memahami makna ayat yang dihafal. Di antara hal yang dapat membantu mengikat ayat-ayat yang dihafal dan memudahkan dalam proses menghafal adalah sesekali merujuk kepada beberapa kitab tafsir yang disusun secara ringkas. Hal itu agar kita dapat memahami ayat-ayat tersebut, walaupun secara global. Tentunya, hal itu hanya bisa dilakukan oleh mereka yang sudah menguasai bahasa Arab dengan baik. Tapi bagi mereka yang belum menguasainya, bisa juga menggunakan Mushaf terjemahan. Pemahaman makna ayat/surat akan banyak membantu kita dalam menghafal.

Copy and WIN : hhttp://bit.ly/copynwin
1. Ikhlas sebagai kunci ilmu dan pemahaman. Jadikan maksud dan tujuan kita dalam menghafal sebagai bentuk taqarrub kepada Allah SWT. Hadirkan pada diri kita bahwa yang sedang kita baca adalah Kalamullah Azza wa Jalla. Waspadalah, motivasi kita dalam menghafal bukanlah untuk mendapatkan kedudukan di tengah-tengah masyarakat atau untuk mendapatkan penghasilan dunia, upah, dan hadiah, melainkan karena Allah SWT semata. Allah SWT tidak akan menerima amal kecuali amal itu dikerjakan secara ikhlas untuk-Nya semata. 2. Menjauhi kemaksiatan dan perbuatan dosa. Hati yang diselimuti oleh kemaksiatan dan disibukan dengan serbuan syahwat dunia tidak akan mendapatkan porsi cahaya Al-Qur’an. Kemaksiatan akan menjadi penghalang dalam menghafal Al-Qur’an. Ibnu Mubarak rahimahullah berkata : Aku melihat dosa-dosa itu akan mematikan hati Selalu melakukan dosa akan mewariskan kehinaan Meninggalkan dosa merupakan hidupnya hati Baik bagi dirimu bilamana meninggalkannya Dikisahkan, suatu hari Imam Syafi’i rahimahullah yang memiliki kecepatan dalam menghafal mengadu kepada gurunya, Waki’, karena mengalami kelambatan dalam menghafal. Waki’ lalu memberikan obat mujarab, yaitu dengan nasihat agar dia meninggalkan perbuatan maksiat dan mengosongkan hati dari setiap penghalang antara dia dan Tuhan. Imam Syafi’I rahimahullah berkata: Aku mengadu kepada (guruku) Waki’ atas buruknya hafalanku Maka diapun memberiku nasihat agar aku meninggalkan kemaksiatan Dia memberitahuku bahwa ilmu itu adalah cahaya Dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang selalu bermaksiat. Barangsiapa memiliki kesungguhan untuk menjauhi kemaksiatan, maka Allah Azza wa Jalla akan membukakan hatinya untuk mengingat-Nya, membimbingnya dalam mentadaburi ayat-ayat kitab-Nya, memberikan kemudahan dalam menghafal dan mempelajarinya. 3. Memanfaatkan masa kanak-kanak dan masa muda. Anak kecil memiliki banyak waktu luang. Ahnaf bin Qais meriwayatkan, dia pernah mendengar seseorang berkata: “Belajar waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu”. Maka Ahnaf pun berkomentar: “Orang dewasa itu lebih pandai, akan tetapi hatinya lebih sibuk”. Namun demikian, orang yang masa mudanya telah berlalu, jangan sampai merasa tidak memiliki kesempatan dan merasa lemah dalam menghafal. Sebabnya, bila dia kosongkan hatinya dari segala kesibukan dan kegundahan, maka dia akan mendapatkan kemudahan dalam menghafal Al-Qur’an. Allah ta’ala berfirman : “Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran. Maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Q.S. Al-Qamar/54 :17) Ketika seseorang beranjak dewasa, penglihatannya akan melemah. Tekadang dia tidak mampu membaca Al-Qur’an dari mushaf. Saat dewasa itulah dia akan mendapatkan yang telah dihafalnya. Simpanan hafalan dalam dadanya itu akan dibaca dan dinikmat dalam tahajudnya. Jika dia tidak mengingat sedikit pun yang telah dihafalnya, maka betapa besar penyesalannya. 4. Memanfaatkan waktu giat dan senggang. Tidak layak menghafal waktu lelah dan membosankan, atau ketika pikiran sibuk dalam suatu perkara, karena semua itu akan menghalangi konsentrasi dalam menghafal. Pilihlah waktu giat dan keadaan pikiran sedang tenang. Alangkah baik menghafal dilakukan setelah Shalat Fajar (Subuh) karena lebih banyak manfaatnya, terlebih bagi orang yang tidur malam lebih awal. Menggunakan waktu-waktu giat sangat penting. Kita harus mengetahui kapan diri kita bangkit untuk bekerja dan kapan beristirahat. Bila datang kesempatanmu, maka pergunakanlah ia sebaik-baiknya Karena akhir setiap yang bergerak adalah ketenangan Jangan kamu lalai melakukan kebaikan saat ada kesempatan Karena kamu tidak tahu kapan ketenangan (kesempatan) itu akan kembali Di antara keindahan lantunan bait syair Imam Syafi’i agar kita menggunakan kesempatan untuk bergegas melakukan ketaatan adalah : Bila orang-orang mulai terlelap tidur, aku pun menangis Dan aku lantukan di antara bait syair yang terindah Bukankah kerugian itu adalah malam-malam yang berlalu Berlalu tanpa dilalui menuntut ilmu dan akan dihisab umurku? 5. Memilih tempat yang tepat. Jauhi tempat-tempat bising dan keramaian agar kita dapat berkonsentrasi. Sebaik-baik tempat untuk menghafal Al-Qur’anul Karim adalah rumah-rumah Allah (masjid) agar mendapatkan pahala berlipat ganda. 6. Motivasi diri dan tekad yang benar. Keinginan yang kuat dan benar akan memberikan pengaruh yang besar dalam menguatkan, memudahkan, dan berkonsntrasi dalam menghafal. Orang yang menghafal di bawah pengaruh tekanan kedua orangtuanya atau gurunya, tanpa timbul motivasi dari dalam dirinya, maka hal itu tidak akan berlangsung lama dan pasti akan mengalami masa futur (lemah semangat) yang berat. Motivasi diri dan tekad yang benar akan bertambah dengan adanya penyemangat yang berkesinambungan, penjelasan tentang ganjaran dan kedudukan yang mulia bagi para penghafal Al-Qur’anul Karim dan majelis Al-Qur’an, serta adanya pengobaran semangat berlomba dalam halaqah Qur’an, rumah, atau sekolah. Tekad yang benar dengan sendirinya akan menghilangkan bisikan-bisikan setan. Nafsu ammarah (jiwa penyuruh keburukan) pun akan sirna. Imam Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata: “Barangsiapa memiliki tekad yang benar, maka setan akan berputus asa darinya, dan bila mana seorang hamba tidak teguh pendiriannya, maka setan akan selalu mengganggunya dan menjanjikan angan-angan yang terlalu jauh”. Imam Ibnu Al-Jauzi rahimahullah bercerita tentang dirinya: “Aku pernah merasakan manisnya dalam menuntut ilmu, aku pun menjumpai berbagai ujian yang menurutku lebih manis dari pada madu dikarenakan aku menginginkan yang aku harapkan”. 7. Memfungsikan semua indera. Kemampuan satu orang dengan lainnya pasti berbeda, apalagi dalam menghafal Al-Quran. Namun, menggunakan semua pancaindera secara optimal akan memberikan kemudahan untuk menyimpan hafalan secara baik dalam ingatan. Dalam proses menghafal Al-Quran ini, hendaknya kita dapat menfungsikan indera penglihatan, pendengaran, dan ucapan. Setiap indera kita memiliki jalan yang akan menyampaikannya kepada otak. Apabila cara yang dilakukan beraneka ragam, maka akan menghasilkan hafalan yang kuat dan mantap. Kita bisa memulainya dengan membaca ayat yang akan kita hafal secara jahriyah (bersuara). Kita harus melihat dengan teliti halaman yang kita baca, serta mengulang-ngulannya, sampai halaman mushaf terekam dalam ingatan. Hendaknya pendengaran kita gunakan dalam membaca sehingga terasa nyaman, khususnya bila kita membacanya dengan lagu yang indah. Hindari cara-cara menghafal yang keliru, misalnya melihat mushaf dengan tidak bersuara, mendengarkan kaset Al-Qur’an tanpa melihat mushaf, atau merasa cukup dengan suara bacaan yang pelan. 8. Menggunakan satu cetakan mushaf. Pilihlah cetakan Mushaf Huffazh, yaitu mushaf yang tiap awal halamannya diawali ayat baru dan di halaman itu pula berakhir ayat sesudahnya. Ini akan memberikan pengaruh cukup besar kepada kita dalam memberikan gambaran bentuk dan letak halaman dalam ingatan. Juga kita akan kembali terfokus ketika melakukan murajaah (mengulang hafalan). Bila cetakan mushaf yang digunakan berubah-ubah, maka akan memberikan gambaran yang berbeda di dalam ingatan. Kita tidak akan dapat konsentrasi sehingga membuyarkan hafalan yang ada. Jangan lupa untuk menggunakan mushaf saku atau mushaf yang dicetak per juz yang selaras dengan cetakan mushaf yang digunakan selama ini. Jadikan mushaf saku itu selalu bersama kita, di mana pun kita berada. Dengan mushaf tersebut kita dapat segera memanfaatkan waktu yang ada untuk hafalan baru atau mengulang hafalan yang ada. 9. Bacaan yang baik dan benar. Sebelum mulai menghafal, kita harus membenahi bacaan terlebih dulu dengan merujuk kepada salah seorang guru yang memiliki bacaan yang baik dan benar. Bisa juga dengan mendengarkan potongan surat/ayat yang akan kita hafal, dengan suara salah seorang qari dari dari MP3 atau sejenisnya. Bacaan yang baik dan benar itu diperlukan agar kita tidak jatuh kepada kesalahan dalam menghafal. Jika dalam proses menghafal kita salah membaca, maka kita akan mendapatkan kesulitan dalam memperbaikinya setelah melekat dalam ingatan. Imam Munada rahimahullah berkata: “Ketahuilah bahwa menghafal itu ada beberapa cara, di antaranya adalah seseorang dapat membaca di hadapan orang yang lebih baik hafalannya, karena orang yang baik hafalannya lebih peka terhadap kesalahan orang yang membaca di hadapannya dibandingkan si pembaca tersebut terhadap kesalahannya sendiri saat membaca hafalan”. Dengan demikian, kita harus berusaha untuk ikut talaqqi Al-Qur’an secara musyafahah (berhadapan langsung) dengan para penghafal Al-Qur’an atau para syaikh yang baik bacaannya, agar nantinya kita akan terhindar dari kesalahan dalam membaca. Guru-guru Al-Quran tentu akan sangat memperhatikan perbaikan bacaan ayat-ayat yang akan dihafal oleh para muridnya. Mereka juga akan selalu membimbing muridnya untuk memperbaiki kata-kata yang sering salah baca, yaitu dengan menugasi mereka agar mengulang hafalannya di hadapan kawan-kawan untuk menghindari berbagai kesalahan pada saat menghafal. 10. Hafalan yang saling berikatan. Jangan lupa, hafalan kita harus saling berikatan. Setiap kali kita menghafal satu ayat dengan baik, hendaknya kita mengulanginya dengan kembali membaca ayat sebelumnya yang telah kita hafal, setelah itu barulah pindah ke ayat-ayat berikutnya. Usahakan, setelah kita menyelesaikan hafalan surat tertentu, jangan dulu tidak beranjak ke surat lainnya, sebelum kita yakin bahwa ayat-ayat yang telah kita hafalkan sudah benar-benar melekat di memori kita. 11. Memahami makna ayat yang dihafal. Di antara hal yang dapat membantu mengikat ayat-ayat yang dihafal dan memudahkan dalam proses menghafal adalah sesekali merujuk kepada beberapa kitab tafsir yang disusun secara ringkas. Hal itu agar kita dapat memahami ayat-ayat tersebut, walaupun secara global. Tentunya, hal itu hanya bisa dilakukan oleh mereka yang sudah menguasai bahasa Arab dengan baik. Tapi bagi mereka yang belum menguasainya, bisa juga menggunakan Mushaf terjemahan. Pemahaman makna ayat/surat akan banyak membantu kita dalam menghafal.

Copy and WIN : hhttp://bit.ly/copynwin